Jika satu spesies hilang atau punah, maka rantai makanan dan interaksi ekologis lainnya bisa terganggu, yang pada akhirnya berdampak pada kehidupan makhluk hidup lainnya, termasuk manusia.
Kehilangan spesies juga bisa mengganggu proses-proses alami seperti penyerbukan tanaman, siklus nutrisi, dan pengendalian populasi hama. Oleh karena itu, satwa liar yang dilindungi harus dijaga agar mereka dapat terus memainkan peran vital dalam ekosistem.
Penyebab dan Dampak Penyulundupan Satwa Dilindungi
Penyebab utama dari penyelundupan satwa dilindungi adalah permintaan pasar yang tinggi untuk hewan langka dan eksotis.
Di banyak negara, hewan liar dianggap sebagai simbol status, objek wisata, atau bahkan dianggap memiliki nilai medis atau spiritual tertentu. Misalnya, kulit harimau, sisik trenggiling, atau gading gajah sering diperdagangkan dengan harga yang sangat tinggi.
Praktik semacam ini mengundang lebih banyak individu dan kelompok yang terlibat dalam perdagangan ilegal satwa, baik itu dalam skala lokal maupun internasional.
Di samping itu, penyelundupan hewan juga bisa terjadi akibat minimnya pengawasan atau penegakan hukum di beberapa wilayah, serta tingginya tingkat kemiskinan yang mendorong sebagian orang untuk terlibat dalam perdagangan ilegal.
Jaringan penyelundup satwa liar yang terorganisir sering kali bergerak secara terselubung dan sulit terdeteksi, memanfaatkan kekurangan sumber daya dalam aparat penegak hukum.
Sehingga apa yang dilakukan pihak Bea Cukai Bandara Soetta patut kita dorong dan muaranya semoga jika ada indikasi sindikat, maka akan segera terungkap. Apalagi jika kasus ini selalu berulang dengan pelaku warga asing yang relatif sama.
Selanjutnya, dampak dari penyelundupan satwa dilindungi sangatlah merusak. Secara langsung, perdagangan ilegal ini berkontribusi pada penurunan jumlah populasi satwa liar.
Banyak spesies yang sudah terancam punah karena tidak mampu bertahan dalam kondisi yang tidak sesuai dengan habitat alami mereka setelah diselundupkan.