Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Cinta untuk Sang Penggoda Iman

15 Desember 2017   04:17 Diperbarui: 15 Desember 2017   04:26 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: acchibaat.com

KENAPA AKU HARUS MEMBIARKANMU MERASAKAN RASA SAKIT INI?

Jadi, mulai dari sekarang, aku akan mencoba sedikit demi sedikit menjauh darimu. Menjauh dari apapun yang berhubungan dengan kamu, baik itu foto, video, maupun suara. Karena, inilah jalan yang terbaik untuk menunjukkan rasa cinta padamu, dan aku berharap kamu akan selalu baik-baik saja ketika membaca surat ini. Saya berharap bahwa kamu kelak bakal terlepas dari rasa sakit yang kamu alami, dan tetap hidup dengan jalanmu sendiri. Hidup di jalan yang diberkati oleh Tuhan.

Apakah aku akan melihat foto dan video kamu lagi? Aku masih belum bisa menjawab tidak, karena media pornografi itu akhir-akhir ini merebak dimana-mana, bahkan di Internet, sudah ada iklan yang menampilkan gambar atau video dari kamu juga. Intinya, aku akan mengambil cara yang berbeda jika secara tidak sengaja, aku bertemu lagi dengan kamu.

Contohnya, awalnya aku bakal berkata "oh, ini sangat seksi" atau "wow! aku ingin berfantasi dengan foto tersebut!". Tetapi, untuk sekarang ini, aku akan menjawab, "okay, foto yang bagus" atau "oh tidak! aku tidak boleh melihat hal ini lagi."

Untuk menutup surat ini,

Perkenankan aku untuk meminta maaf atas apa yang telah kuperbuat kepadamu, aku merasa turut menyumbangkan rasa sakit untukmu dengan menjadi candu atas segala materi kamu.

Maafkan aku karena telah turut mentumbangkan dosa untukmu dan tentu saja untukku, karena semakin banyak aku menonton, semakin banyak dosa yang aku peroleh

Maafkan aku untuk apa yang terjadi beberapa tahun ini.

Tolong.. Maafkan aku..

Aku masih tidak bisa membayangkan ekspresi mukamu ketika kamu harus berbahagia di depan kamera, tetapi kamu malah menangis di belakangnya.

Benar-benar tidak bisa..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun