Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Bantuan dari Dunia Maya

26 November 2017   20:51 Diperbarui: 26 November 2017   21:21 3294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Belum kok. Kita pesen bareng aja, yuk. Gak enak kalo udah pesan makan duluan."

"Oh, yaudah deh, Bro. Aku juga udah laper nih habis jaga malem tadi."

OoOoOoOoOoOoOoOoOoO

Pembicaraan kami di rumah makan tersebut berjalan dengan sangat baik. Fahmi sendiri ternyata orang yang sangat baik dan kadang malah ngelawak. Dia sendiri mengaku orang Tegal yang terkenal dengan logat ngapaknya, tapi entah kenapa logat ngapaknya itu tidak terlihat di depan umum. Tidak seperti Akbar yang aku kenal waktu wawancara di The Indonesian Eyes ataupun Syarif, salah satu teman kampusku dan juga teman di pengajianku waktu di Jakarta. Pembahasan yang disajikan pun cukup banyak. Awalnya, Farhan sempat menawarkan tempat tinggalnya padaku, namun, aku sendiri sudah dapat tempat tinggal, kebetulan seorang sahabat kampusku juga sekarang sedang bekerja di Yogyakarta, jadinya aku ikut mereka tinggal di sana, kebetulan juga harganya murah dengan fasilitas yang bagus.

Tanpa terasa sudah banyak sekali kami berbicara, kami bertiga pun harus berpisah. Farhan juga harus pulang sekarang untuk beristirahat setelah lelah jaga malam. Memang terlihat tadi dia sempat terasa ngantuk, namun dia masih saja menyempatkan diri untuk bertemu denganku. Sebuah hal yang dirasa layak dikagumi, Fahmi juga harus pulang karena mau presentasi kasus, dan aku juga ikut mereka berdua pulang. Farhan pun memberikan sedikit tanda tangannya di bukuku dan meninggalkan kertas berisi pesan yang membuatku semangat untuk bekerja di kota ini.

"Bro, ingek ko yo buek urang awak nan sadang marantau (Bro, ingat ini ya buat orang kita (Minangkabau) yang sedang merantau.

  1. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato, adaik mamakai(Adat bersendi agama, agama bersendi kitab suci, agama berkata, adat memakai)
  2.  Alam takambang jadi guru (Alam terkembang menjadi guru)
  3. Dima bumi dipijak, di sinan langik dijunjuang (Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung)
  4. Baraja ka nan Manang, Mancontoh ka nan Sudah (Belajar ke yang menang, mencontoh ke yang sudah lewat)
  5. Indak kayu janjang dikapiang, indak ado rotan aka pun jadi (Tidak ada kayu tangga dipotong, tidak ada rotan akar pun jadi)
  6. Takuruang nak di lua, tahimpik nak di ateh (Terkurung mesti di luar, terhimpit mesti di atas)"

Terimakasih banyak, Bro Farhan. Semoga kita semua kelak mencapai masing-masing impian. Tidak ku sangka bahwa bantuan terbaikku selama ini berasal dari dunia maya, dunia yang mungkin dianggap banyak orang sebagai dunia yang isinya hanyalah candaan dan sering dipalsu-palsukan sebuah kebenaran yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun