Saat ini perseroan mengendalikan 99,99% saham BP. Ini setara dengan 2 juta lembar saham senilai Rp500 miliar. Sedangkan sisanya dimiliki oleh PT United Tractors Pandu Engineering, anak perusahaan UNTR.
Hasil perhitungan expected return dengan APT diperoleh 4,62, terendah diantara emiten terbaik LQ30. Sehingga bila dibandingkan dengan harga saham tanggal 4 Januari 2021 sebesar 26.550 terlalu tinggi sebesar 3.641.
Keempat adalah INTP. Harga saham INTP per 30 Desember 2019 sebesar 19.025 dan per 30 Desember 2020 sebesar 14.500 dan sempat turun mencapai 10.650 sehingga diperoleh return dengan SIM sebesar 9,51. Hasil ini sebenarnya sudah cukup baik bila dibandingkan dengan dampak pandemic kepada dunia usaha.Â
Tanggal 10 November 2020, manajemen mengumumkan telah membukukan penjualan domestik (semen dan klinker) secara keseluruhan sebesar 12,1 juta ton sepanjang 9 bulan pertama di 2020, turun 9,7% dibanding periode yang sama tahun lalu. Volume semen domestik tercatat 11.627 ribu atau lebih rendah sebesar 7,7%, sedangkan permintaan semen domestik nasional turun sebesar 9,0%. Pangsa pasar Perusahaan meningkat dari 25,7% Hingga September 2019 menjadi 26,0% pada September 2020.
Pendapatan Bersih Perusahaan turun 10,6% menjadi Rp10.149,6 miliar dibanding September 2019 sebesar Rp11.347,9 miliar karena volume penjualan dan harga jual rata-rata yang lebih rendah.Â
Perusahaan mencatat Pendapatan Keuangan Bersih yang lebih rendah 12,6% dari Rp269,2 miliar pada September 2019 menjadi Rp235,2 miliar hingga September 2020 disebabkan oleh suku bunga yang relatif lebih rendah pada tahun 2020.
Laba Bersih hingga September 2020 turun 5,0% menjadi Rp1.116,7 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1.175,8 miliar. Persentase penurunan ini lebih rendah dari penurunan Total Pendapatan karena penghematan biaya dan upaya efisiensi seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Dengan stdev 2.510 dan nilai beta 4,06 menunjukkan risiko perusahaan yang tinggi terhadap perekonomian secara keseluruhan. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa kejadian misalnya tanggal 14 May 2020 dimana Indocement mengambil keputusan untuk melakukan penyesuaian atas capex 2020 yang semula ditetapkan sebesar Rp 1,4 triliun menjadi Rp 1,1 triliun," ungkap Oey Marcos.Â
Kemudian tanggal 26 May 2020 "Perseroan hanya menjalankan 1-3 pabrik, dari 10 pabrik yang ada di Citeureup," kata Oey, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Selasa (26/5/2020) Sampai dengan saat ini kontribusi pendapatan dari pabrik yang berhenti operasional adalah sebesar sekitar 25% dari total pendapatan konsolidasi tahun 2019.
Hasil perhitungan expected return CAPM hanya sebesar 18,87 dengan Jensen Alpha ratio 9,37 menunjukkan bahwa market puas dengan corporate action yang diambil perusahaan. Tanggal 28 Agustus 2020 perusahaan membagikan dividen ke pemegang saham sebesar Rp500 per saham. Tanggal 27 November 2020, Manajemen melaporkan jumlah dividen yang dibagikan setara Rp225 per saham sudah disetujui oleh Dewan Komisaris.
Hasil perhitungan expected return dengan APT diperoleh 5,50, lebih tinggi dibandingkan bunga deposito rata-rata sebesar 5,2%. Namun dengan nilai tersebut bila dibandingkan dengan harga saham tanggal 4 Januari 2021 sebesar 14.500 terlalu tinggi sebesar 2.054.