Langkah pertama yang dilakukan adalah analisis fundamental. Terdapat beberapa variable yang umum dipergunakan dalam melakukan analisis fundamental.Â
Analisis fundamental dilakukan terhadap kondisi perekonomian secara umum. Hal ini untuk melihat bagaimana pengaruh kondisi perekonomian terhadap harga saham.Â
Untuk contoh perhitungan kali ini kita hanya mempergunakan 2 variabel saja misalnya tingkat bunga kredit dan tingkat inflasi. Dari data diketahui tingkat bunga kredit (prime lending rate) per 1 Desember 2017 sebesar 9,8% dan per 2 Januari 2018 sebesar 9,9% sehingga terdapat kenaikan sebesar 0,1%.Â
Dengan kondisi seperti ini, seharusnya kita memperoleh yield sebesar 8,45% yang diperoleh dari kenaikan tingkat bunga kredit dibagi hasil saham yang diharapkan dikalikan tingkat bunga deposito. (0,1/7,34 x 6,2)
Variabel berikutnya adalah inflasi. Data inflasi per 1 Desember 2017 sebesar 3,49% dan per 2 Januari sebesar 3,02% sehingga terdapat penurunan sebesar 0,47%.Â
Kondisi demikian, seharusnya yield yang diperoleh  -0,01% yang diperoleh dari kenaikan tingkat inflasi dibagi hasil saham yang diharapkan dikalikan tingkat bunga deposito. (-0,45/7,34 x 6,2).Â
Bila kedua variable masing-masing diberi bobot 0,6 dan 0,4 maka penjumlahan hasil kedua variable tersebut menjadi 3,37%. Artinya yield sebesar 7,34% lebih tinggi dibandingkan kondisi fundamental ekonomi yang diwakili oleh kedua variable tersebut.
Selanjutnya kita lakukan analisis teknikal. Analisis teknikal dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh kinerja perusahaan terhadap harga saham. Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan analisis teknikal ini.Â
Banyak variable yang biasa dipergunakan dalam melakukan analisis teknikal. Untuk contoh perhitungan kali ini kita hanya mempergunakan 2 variabel saja misalnya pertumbuhan laba usaha (income growth) dan Return on Equity (ROE).Â
Dari data laporan keuangan emiten yang dipublikasikan diketahui bahwa pendapatan usaha BBCA tahun 2016 diketahui sebesar Rp20,6 triliun sedangkan tahun 2017 sebesar Rp23,3 triliun sehingga terdapat kenaikan 1.131. Bila dimasukan dalam perhitungan ln diperoleh 0,12. Dengan kondisi pertumbuhan laba bersih seperti ini maka yield yang diharapkan sebesar 10,40 yang diperoleh dari perhitungan (0,12/7,34) x 6,2%.
Variabel berikutnya adalah ROE dimana dari data yang ada diketahui ROE tahun 2016 sebesar 20,5% dan tahun 2017 sebesar 19,2% sehingga terjadi penurunan ROE sebesar 1,3%.Â