FOMO bisa mendorong orang untuk mencari kebersamaan dalam kelompok atau komunitas yang memiliki pandangan atau tujuan serupa. Gerakan populis sering memanfaatkan rasa solidaritas ini, menciptakan identitas kelompok yang kuat di mana anggotanya merasa mereka adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dan tidak ingin ketinggalan.Â
Ketakutan akan ketinggalan informasi penting bisa membuat orang lebih rentan terhadap misinformasi dan disinformasi. Populis bisa menggunakan informasi yang menyesatkan atau setengah benar untuk menakut-nakuti dan memanipulasi orang, membuat mereka merasa perlu bertindak cepat untuk menghindari konsekuensi negatif.
Kampanye politik populis sering menggunakan acara besar, seperti rapat umum atau demonstrasi, yang dipromosikan secara luas di media sosial. FOMO bisa mendorong orang untuk hadir di acara-acara ini atau berpartisipasi dalam kegiatan politik karena takut ketinggalan momen bersejarah atau kehilangan kesempatan untuk terlibat langsung. Â
Dengan memahami bagaimana populisme dan FOMO saling berkaitan, kita bisa lebih kritis dalam menerima informasi dan membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam konteks politik dan sosial di era digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H