Pengumpulan Data dan Targeting
Era digital memungkinkan pengumpulan data yang luas tentang preferensi dan perilaku pemilih. Pemimpin populis dapat menggunakan data ini untuk menargetkan pesan mereka dengan lebih efektif, memastikan bahwa mereka mencapai audiens yang paling reseptif.
Contoh: Kampanye politik menggunakan analisis data untuk menargetkan iklan dan pesan kepada kelompok demografis yang spesifik.
Efek Gelembung Informasi
Internet dan media sosial cenderung menciptakan "filter bubbles" di mana orang hanya terpapar pada informasi yang sejalan dengan pandangan mereka sendiri. Ini dapat memperkuat dukungan bagi pemimpin populis karena pengikut mereka hanya melihat informasi yang mendukung narasi populis.
Contoh: Algoritma platform media sosial sering menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, memperkuat bias dan keyakinan yang ada.
Era digital memberikan alat dan platform yang kuat bagi pemimpin populis untuk menyebarkan pesan mereka, memobilisasi dukungan, dan memperkuat kekuasaan mereka. Meskipun teknologi digital dapat meningkatkan partisipasi politik dan memberikan suara kepada yang terpinggirkan, ia juga membawa risiko polarisasi, disinformasi, dan erosi kepercayaan publik terhadap institusi demokrasi dan media tradisional.Â
Populisme dan FOMO (Fear of Missing Out) memang memiliki keterkaitan dalam konteks era digital dan media sosial. Berikut beberapa cara bagaimana keduanya bisa saling berkaitan. Â Pemimpin dan gerakan populis sering memanfaatkan FOMO untuk menarik dukungan dan partisipasi.Â
Dengan menyajikan narasi bahwa suatu perubahan besar atau peristiwa penting sedang terjadi, populis dapat membuat orang merasa takut ketinggalan momentum penting. Ini bisa mendorong individu untuk bergabung dengan gerakan atau mendukung pemimpin populis. Populisme sering mengandalkan retorika yang penuh urgensi dan emosional untuk menggerakkan massa.Â
FOMO, yang didorong oleh ketakutan akan kehilangan peluang atau keterlibatan, dapat memperkuat pesan populis yang mendesak masyarakat untuk bertindak segera, sehingga memicu reaksi cepat dan luas.Â
Media sosial, tempat di mana FOMO sering muncul, juga merupakan platform utama bagi penyebaran populisme. Informasi yang menimbulkan FOMO cenderung menjadi viral, dan populis bisa memanfaatkan ini dengan menyebarkan pesan-pesan yang membuat orang merasa perlu segera berpartisipasi atau mendukung suatu gerakan untuk tidak ketinggalan. Â Â