Mohon tunggu...
Dody Kasman
Dody Kasman Mohon Tunggu... Administrasi - Manusia Biasa

Wong Ndeso yang bukan siapa-siapa. Twitter : @Dody_Kasman

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Yowis Ben 2," Kearifan Lokal yang Jujur dan Menghibur

21 Maret 2019   02:04 Diperbarui: 21 Maret 2019   12:04 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukses dengan film "Yowis Ben yang berhasil mencapai angka 900 ribu penonton tahun lalu, duet sutradara Fajar Nugros dan Bayu Skak kembali mencoba mengulang pencapaian istimewa tersebut dengan sekuelnya "Yowis Ben 2." Film yang dirilis tanggal 14 Maret 2019 itu merupakan kelanjutan kisah band sepertemanan "Yowis Ben" setelah mereka lulus dari bangku SMA. 

Masih dengan Bayu yang diperankan Bayu Skak sebagai tokoh sentral, bersama rekan-rean bandnya. Formasi "Yowis Ben" tetap bertahan sebagaimana film pertama. Joshua Suherman sebagai Doni yang masih belum bisa lepas dari kutukan status "jomblo"nya. Nando diperankan Brandon Salim dengan wajah ganteng dan dialek Jawa Timurnya yang masih kaku. Dan Tutus Thomson berperan sebagai Yayan, personel band paling alim yang di sekuelnya ini dikisahkan baru menikah. 

Dari keempat personel ini bisa dibilang Yayan lah yang paling beruntung, sebab dengan taaruf yang singkat berhasil menggaet Mia, diperankan Anggika Bolsterli, sebagai istrinya. Tentu tak perlu dijelaskan lagi seperti apa paras dan penampilan istri Yayan ini. Tak heran jika Cak Jon (diperankan Arif Didu), paman Bayu yang masih jomblo, beberapa kali "misuh" (mengumpat dalam bahasa Jawa) saking terpesonanya saat pertama kali melihat Mia dan tak percaya Yayan bisa mendapatkan istri secantik itu.

Sebagaimana film pertamanya, "Yowis ben 2" juga diwarnai dengan kata "keramat" dalam bahasa Jawa, ungkapan kekesalan, umpatan namun juga sering dipakai sebagai ungkapan ketakjuban. Ya kata tersebut adalah, maaf : "Jancuk." Bahkan di sekuelnya ini, kata ajaib tersebut lebih banyak dan semakin jelas diucapkan. Namun pada suatu adegan juga dijelaskan tentang maksud dan penggunaanya dalam dialog sehari-hari.

Beberapa menit film dimulai, kata "jancuk" mulai berhamburan dari mulut Bayu begitu diputus mendadak oleh Susan (diperankan Cut Meyriska), cewek yang dipacarinya di film pertama. Namun tak selamanya kata "jancuk" itu bermakna negatif, tapi juga bisa dikonotasikan positif tergantung pada pengucapan dan penggunaannya. Sebagaimana saat Bayu menjelaskan makna postif kata tersebut kepada Asih (diperankan Anya Geraldine), gadis Bandung yang di film ini diposisikan sebagai "pengganti" Susan.

Bagi orang Jawa, bahkan warga Jawa Timur sekalipun, kata "jancuk" sebenarnya kurang pantas dan tak nyaman diucapkan dalam percakapan sehari-hari. Kata tersebut menjadi normal dan wajar ketika diucapkan sebagai ekspresi keakraban kepada sehabat yang sepemahaman. Misalnya saat menyapa teman akrab "Yo opo kabare Cuk!? 

Selain sebagai ungkapan keakraban, "jancuk" seringkali digunakan sebagai ungkapan takjub yang amat sangat pada sesuatu. Sebagaimana pada salah satu adegan saat Bayu mengajari Asih penggunaan "jancuk" yang baik dan tepat. Misalnya, saat melihat cowok ganteng, terucap kalimat "Jiancuk! ganteng tenan mas iku!" terjemahan bebasnya "Amat sangat ganteng sekali mas itu!."

Alhasil, sebagaimana di film pertama, penggunaan kata keramat tersebut di film kedua ini kembali menuai kontroversi, pro dan kontra. Namun bagaimanapun juga harus diakui kata tersebut memang nyata ada dan masih sering digunakan di tengah masyarakat Jawa, terutama Jawa Timuran. Di sinilah kecerdasan Bayu Skak mengemas dan memunculkannya secara natural dalam konteks yang tepat sehingga penonton bisa paham dan memaklumi penggunaan kata tersebut.

Inilah salah satu kelebihan sekaligus kekuatan "Yo Wis Ben" dan "Yowis ben 2", yaitu kejujuran menampilkan kondisi riil masyarakat perkampungan Jawa dengan bahasa "pojok kampung"nya. Sebagaimana keberanian Bayu Skak dan Fajar Nugros menggarap film yang full berbahasa daerah Jawa, yang ternyata sangat disuka penikmat film tanah air, bukan hanya orang Jawa saja. 

Di film kedua ini tak hanya Bahasa Jawa saja yang dimunculkan, tapi juga Bahasa Sunda mengikuti alur cerita yang membawa "Yowis Ben" hijrah ke Bandung dengan manajer baru , Cak Jim (diperankan Timo Scheunemann). Bukan hanya Bahasa Jawa dan Sunda, Bahasa Bali juga beberapa kali terucap oleh asisten Cak Jim, Marion (diperankan Laura Theux). Jadilah keragaman Indonesia sangat terasa di film ini.

Namun banyaknya bahasa yang digunakan juga membuat film ini menjadi tak sefokus film pertama yang hanya mengeksplore bahasa Jawa. Akibatnya, beberapa dialog yang mempertemukan Bahasa Jawa, Sunda dan Bali pada beberapa adegan cukup membingungkan penonton dalam mengikuti dan memahami, meskipun sudah tersedia terjemahannya. Di sisi lain, keragaman bahasa ini juga memunculkan komedi akibat gagal paham dan kesalahan interpretasi.   

Satu hal lagi yang patut mendapat apresiasi, sebagaimana film pertama, Yowis Ben 2 kembali menghadirkan duet kocak Cak Kartolo dan Cak Sapari. Keduanya, terutama Cak Kartolo, adalah seniman legendaris Jawa Timur yang pernah berjaya di masanya. Saat ludruk Jawa Timuran masih sering mucul di radio dan televisi di era 80 dan 90an. 

Kehadiran Cak Kartolo dan Cak Sapari menjadi pembelajaran sekaligus menambah wawasan audiens "Yowis Ben"yang notabene generasi milenial tentang kekayaan budaya lokal dan tokoh-tokoh yang berjasa membesarkan dan melestarikannya hingga kini. Film ini sukses mengangkat kembali pamor ludruk Jawa Timuran ala Cak Kartolo dengan menampilkannya dalam kemasan modern sehingga mudah diterima generasi masa kini.

Selain Cak Kartolo dan Cak Sapari, ada juga anggota Srimuat Cak Hunter Parabola yang berperan sebagai Sunari, pemilik usaha sablon kaos couple, ikut memperkocak film ini. Karakter Cak Kamidi, tukang becak fans fanatik Yowis ben sekaligus promotor, yang diperankan Erick Estrada masih mampu memberikan warna ceria dengan tingkah polahnya yang mengundang tawa. 

Masih ada sederet selebritis yang juga ditampakkan bahkan serasa dipaksakan tampil sebagai cameo seperti Gading Martin, Joe P. Project dan Siti Badriah, yang tanpa kemunculan mereka pun film ini sebenarnya akan baik-baik saja. Kehadiran Gibran Rakabuming dan Ridwan Kamil cukup mencuri perhatian, meskipun kehadiran keduanya tak terlalu relevan terhadap alur cerita.

Keikutsertaan selebgram Anya Geraldine yang berperan sebagai Asih, meski sempat jadi kontroversi, harus diakui menjadi salah satu daya tarik film ini. Selain itu masih ada beberapa nama artis muda dan pesohor media sosial. Ada Devina Aureel sebagai Stevia yang kali ini semakin lengket dengan Nando. Clairine Clay, Kekasih Joshua di dunia nyata, dan Aliyah Faizah sebagai Aliyah juga muncul pada beberapa scene. Komika Uus yang di film pertama muncul sekejap sebagai alumni SMA Bayu, di film ini kembali tampil sebagai preman Kota Bandung. Youtuber Dovi dan Jovi juga mucul sebagai duo rapper hip hop Lamhot. 

Sebagaimana film pertama, semua lagu yang menghiasi film ini berbahasa Jawa. Lagu lama seperti hits "Gak Iso Turu" dan "Konco Sing Apik" masih bisa didengar di film ini. Ditambah tiga lagu baru yang tak kalah keren yaitu "Gandolane Ati", "Tak Ambung" dan "Lagu Galau." Masih dengan irama yang catchy dan enerjik khas anak muda, membuat lagu-lagu berbahasa Jawa tersebut bisa dengan mudah diterima dan disuka, bahkan bagi mereka yang tak paham Bahasa Jawa.

Terbukti, lagu berbahasa Jawa bukan hanya enak dibawakan dalam irama campusari atau dangdut koplo, tapi juga asyik didengar dan dinyanyikan dalam genre punk rock ala Bayu Skak WTB. Mendengarkan soundtrack film pertama dan sekuelnya ini serasa mendengar Green Day ngerock dalam logat Jawa yang "medok" dengan syair menggelitik.

"Yowis Ben" sukses mengeksplor Jawa Timur khususnya Kota Malang dan Kota Batu dari berbagai sudut pandang. "Yowis Ben" semakin mempopulerkan Malang dan Batu dengan beragam potensi dan kearifan lokal yang dimilikinya. Maka di "Yowis Ben 2" penonton diajak untuk menikmati sejuknya atmosfer Kota Bandung dengan panorama berbagi sudut kota yang teduh. "Yowis Ben 2" mencoba menggambarkan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Sunda. Orang Sunda dalam film ditampilkan pada sosok Kosasih, ayah Asih yang diperankan Budi Dalton dan Mang Engkos, sopir angkot yang diperankan McDanny.

Di sekuelnya ini dikisahkan band "Yowis Ben" mencari peruntungan ke Bandung atas ajakan manajer baru mereka, Cak Jim. Petualangan Bayu dan kawan-kawan berlanjut ke Bandung dengan segala lika-liku yang harus mereka hadapi. Dari perbedaan budaya terutama bahasa yang justru memunculkan kelucuan-kelucuan akibat kesalahpahaman, masalah pribadi setiap personel hingga urusan job yang tak sesuai harapan. Di Bandung pula Bayu mendapatkan "gebetan" baru, Asih. Meskipun untuk bisa dekat dengannya, Bayu harus berjuang susah payah meluluhkan hati Kosasih, Ayah Asih.

Tak hanya banyolan dan dagelan-dagelan khas Jawa yang ditampilkan di film ini, tapi juga dramatisasi kehidupan para tokohnya. Betapa Bayu memutar otak berusaha membantu ibunya (diperankan Tri Yudiman) yang diancam diusir dari kontrakan jika menunggak uang kontrak yang segera jatuh tempo.

 Nando yang sedih bercampur jengkel mengetahui ayahnya (diperankan Richard Oh) dekat dengan biduan dangdut, Tante Jeje (diperankan Selfi Nafilah). Drama juga sangat terasa saat Bayu dan Doni memutuskan menerima tawaran kontrak dengan produk minuman keras, sementara Yayan dan Nando menolak dan memutuskan untuk pulang kembali ke Malang.

Bisa dibilang "Yowis Ben 2" mencoba menampilkan cerita yang lebih lengkap dan variatif. Tak hanya lucu-lucuan, tapi juga kisah sedih hingga konflik berujung drama. Kisah percintaan anak muda, hebatnya persahabatan hingga indahnya keluarga terajut cukup apik dalam film berdurasi 1 jam 50 menit ini, meskipun endingnya sudah bisa ditebak sejak pertengahan film. Sebagaimana film pertamanya, "Yowis Ben 2" masih hadir dengan kejujuran, tanpa gengsi dan gaya "apa adanya." Di sinilah kekuatan sekaligus daya tarik utama film ini. 

Seminggu diputar di bioskop, Yowis Ben 2 sukses mengumpulkan lebih dari 500 ribu penonton. Sangat mungkin jumlah penonton film ini akan melebihi film pertama. Sungguh pencapaian gemilang yang patut diapresiasi untuk film bernuansa lokal berbahasa daerah. Terbukti bahwa kearifan lokal yang terkadang dicap "ndeso" justru bisa menjadi tontonan menarik dan sangat disuka jika dikemas dengan tepat menyesuaikan situasi dan kondisi masa kini, tanpa menghilangkan kekhasannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun