Sejak diumumkan Presiden Jokowi ada 2 orang positif Covid-19, bisa dibilang dunia Event Organizer babak belur seperti terkena gempa dahsyat.Â
Penulis sebagai pelaku bisnis ini sangat terpukul karena rata-rata klien menunda event bahkan ada yang membatalkan. Sementara supporting event yaitu vendor, hotel, logistik meminta DP di awal saat perhelatan event akan dilaksanakan.
Vendor sama sekali tidak mau menanggung risiko rugi sama sekali. Sebelumnya, semua berjalan lancar, pembayaran bisa tempo 2 minggu bahkan 2 bulan.
Seketika saat presiden mengumumkan, berbalik 180 derajat. Giliran event akan dilaksanakan, pengunjung sepi dan memilih menunda dan membatalkan undangan pertemuan event.
Ketua Umum Dewan Industri Event Indonesia (Ivendo) Mulkan Kamaludin mengatakan, kondisi tersebut membuat puluhan ribu karyawan terancam merana. Imbas dari ditunda hingga dibatalkannya banyak event yang sebelumnya telah masuk kalender mereka.
"Di Industri MICE itu ada puluhan ribu pekerja terancam kehilangan mata pencaharian akibat wabah corona," ujar Mulkan seperti dilansir kumparan, Sabtu (21/3).
Survei  lain yang ia lakukan, yang telah diisi oleh 112 perusahaan Event Organizer, kerugian tercatat hingga Rp 2,6 triliun. Data itu hanya mewakili 10 persen dari total keseluruhan perusahaan.
Ia mengatakan telah terjadi 96.43 persen kasus penundaan dan 84.86 persen kasus pembatalan event di 17 provinsi pasca-pengumuman resmi pemerintah tanggal 2 Maret 2020.
"Potential loss dari event yang ditunda dan dibatalkan antara Rp 900 miliar sampai Rp 2,6 triliun, itu baru dari sekitar 10 persen dari jumlah perusahaan yang ada. Estimasinya dari 1.218 organizers di seluruh Indonesia minimal Rp 2,69 triliun dan maksimal Rp 6,94 triliun," jelasnya.
Buntung 2 Kali
Sebagai bisnis jasa, umumnya EO memiliki alur yang berbeda dengan bisnis yang lain. EO adalah bisnis yang menggabungkan semua vendor dikumpulkan dalam satu event. Siapa pemodal utama? Jelas adalah pemegang proyek itu atau kita sebut saja promotor.