Mohon tunggu...
Dody FM
Dody FM Mohon Tunggu... Wiraswasta - Entrepreneur, Praktisi Digital Marketing & Event Organizer, Korespondensi: dodyfi@gmail.com (fast respon)

Entrepreneur, Praktisi Digital Marketing & Event Organizer, Korespondensi: dodyfi@gmail.com (fast respon)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Babak Belurnya Bisnis EO di Kala Pandemi Covid-19

28 Maret 2020   10:24 Diperbarui: 28 Maret 2020   21:08 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (shutterstock via Lifestyle KOMPAS)

Sejak diumumkan Presiden Jokowi ada 2 orang positif Covid-19, bisa dibilang dunia Event Organizer babak belur seperti terkena gempa dahsyat. 

Penulis sebagai pelaku bisnis ini sangat terpukul karena rata-rata klien menunda event bahkan ada yang membatalkan. Sementara supporting event yaitu vendor, hotel, logistik meminta DP di awal saat perhelatan event akan dilaksanakan.

Vendor sama sekali tidak mau menanggung risiko rugi sama sekali. Sebelumnya, semua berjalan lancar, pembayaran bisa tempo 2 minggu bahkan 2 bulan.

Seketika saat presiden mengumumkan, berbalik 180 derajat. Giliran event akan dilaksanakan, pengunjung sepi dan memilih menunda dan membatalkan undangan pertemuan event.

Ketua Umum Dewan Industri Event Indonesia (Ivendo) Mulkan Kamaludin mengatakan, kondisi tersebut membuat puluhan ribu karyawan terancam merana. Imbas dari ditunda hingga dibatalkannya banyak event yang sebelumnya telah masuk kalender mereka.

"Di Industri MICE itu ada puluhan ribu pekerja terancam kehilangan mata pencaharian akibat wabah corona," ujar Mulkan seperti dilansir kumparan, Sabtu (21/3).

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Berdasarkan data dari survei yang mereka lakukan sejak awal Maret hingga Kamis (18/3), tercatat setidaknya jumlah minimal pekerja industri kreatif yang terdampak sebanyak 54.871 dan maksimal 90.463 orang. Data itu berbasis rekap konsolidasi 7 dari 18 komunitas yang mencakup 3 ribu lebih perusahaan dan profesional di bidang industri event.

Survei  lain yang ia lakukan, yang telah diisi oleh 112 perusahaan Event Organizer, kerugian tercatat hingga Rp 2,6 triliun. Data itu hanya mewakili 10 persen dari total keseluruhan perusahaan.

Ia mengatakan telah terjadi 96.43 persen kasus penundaan dan 84.86 persen kasus pembatalan event di 17 provinsi pasca-pengumuman resmi pemerintah tanggal 2 Maret 2020.

"Potential loss dari event yang ditunda dan dibatalkan antara Rp 900 miliar sampai Rp 2,6 triliun, itu baru dari sekitar 10 persen dari jumlah perusahaan yang ada. Estimasinya dari 1.218 organizers di seluruh Indonesia minimal Rp 2,69 triliun dan maksimal Rp 6,94 triliun," jelasnya.

Buntung 2 Kali
Sebagai bisnis jasa, umumnya EO memiliki alur yang berbeda dengan bisnis yang lain. EO adalah bisnis yang menggabungkan semua vendor dikumpulkan dalam satu event. Siapa pemodal utama? Jelas adalah pemegang proyek itu atau kita sebut saja promotor.

Dan mafhum diketahui bahwa jarang sekali ada EO yang memiliki semua stok properti yang dibutuhkan, lengkap. Hampir rata-rata adalah dengan menarik vendor perlengkapan dari perusahaan lain. Perusahaan lain ini pun juga biasanya susah untuk dibayar tempo.

Misal untuk sewa genset. Vendor genset paling tidak mau dibayar berlama-lama. Acara selesai beres atau bahkan ada yang sebelum itu.

Belum lagi kebutuhan dekorasi, catering, dan man power, SPG yang harus dibayar lunas seketika. Promotor hanya memegang Purchase Order (PO) dari klien dengan pembayaran variatif. Ada yang bertahap, ada pula yang dibayar 2 bulan setelahnya.

Karena bisnis jasa, produk yang ditawarkan adalah pelayanan yang bagus. Promotor biasanya mengeluarkan modal untuk semua kebutuhan di depan. Nah, dengan adanya virus corona ini, kerugian terjadi pada 2 sisi.

Pertama, biaya pra-acara meliputi logistik, man power, energi, properti, iklan, promosi, tools marketing dan kebutuhan dasar lainnya. Biasanya biaya ini harus selesai 75% persen sebelum event.

Artinya seperti yang dikatakan di atas, promotor harus menanggung semua biaya. Belum biaya rutin operasional perusahaan.

Kedua, kerugian image perusahaan. Hal ini disebabkan event tidak sukses, pengunjung sedikit, target klien tidak terpenuhi dan pada akhirnya dalam masa yang akan datang tidak akan ada lagi repeat order.

Apakah klien memaklumi dengan adanya  wabah corona? Ya, mereka maklum, tapi mereka tidak mau keluar uang karena event bisa sajar dibatalkan, ditunda, atau bagi klien yang sedang baik hati maka akan tetap jalan dan jasa dibayar penuh. Bagaimana? mantap kan jadi EO?

Secercah Harapan
Ya, positive thinking. Mungkin itu yang bisa dikatakan untuk saat ini, tetap harus optimis dengan masa depan. Ibarat seorang sprinter, perusahaan EO sedang mundur 5 langkah untuk mengambil ancang-ancang.

Pada saatnya wabah ini berakhir, mereka akan panen raya. Kehausan masyarakat akan event akan terbayar lunas dengan pagelaran yang menarik dan kreatif. Dan tentu pundi-pundi uang juga akan menumpuk di masa pasca-wabah. Aaamin.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun