Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemiri (Muncang): Literasi tentang Sebutir Biji

10 Desember 2024   11:52 Diperbarui: 11 Desember 2024   04:47 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikatakan kepada pelaku kecurangan tadi bahwa jika dia menemukannya seperti itu lagi, maka dia akan melakukannya kepada mereka, seperti yang dilakukannya terhadap kuda-kuda mereka hari ini. Bahkan, dua yang kesalahannya tidak seberat yang sebelumnya tidak begitu saja lolos tanpa hukuman. Istri-istri dan anak-anak mereka pun dibawa ke pengadilan.

Inilah jejak permainan adu kemiri dalam sejarah kerajaan Mataram Islam.

Adu Kemiri: Sebuah Diskusi Naratif

Konon pada abad 17 diadakan pertandingan adu muncang di Mataram. Kebupatian Sumedang Larang mengirimkan utusannya untuk ikut serta.

Dalam kegiatan lomba tersebut perwakilan kabupatian Sumedang menjadi pemenangnya lalu mendapat hadiah satu set peralatan Gamelan dari Mataram yang kemudian diberi nama Sari Oneng.

Sampai kini gamelan tersebut masih tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun. Jadi, menurut narasi ini, Sumedang pernah memiliki jenis kemiri adu terkuat di pulau Jawa. 

Faizal Amiruddin dalam Sejarah Adu Muncang: Kegemaran Raja hingga Sanksi Penggal Leher Kuda mengutip Narpawandawa, Budi Utama tahun 1927 yang digitalisasi oleh Yayasan Sastra Lestari halaman 29-30 berikut: 

"Kuwasanipun ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Agung punika tanpa watesan, inggih punika wonten ing kalangan aben kemiri. Dolanan ingkang makaten punika kala taun Walandi 1623 pancen kadhawuhaken ing sang prabu, mila wonten ing karaton dados cara. Sampun nate ingkang sinuhun kasukan aben kemiri kalihan prayagung sakawan, priksa kemirinipun kirang anggenipun anggarap, mangka masthinipun anggening anggarap kedah alus ngantos meleng-meleng, ingkang sinuhun lajeng duka, dhawuh mundhuti kapalipun, kapagas gulunipun wonten ing ngajenganing ingkang gadhah sarwi angandika: yen ana sing kumawani kaya mangkono maneh, masthi tak tigas gulune kayadene jaran iki, wonten priyagung kalih malih ingkang kadukan, leres kemirinipun sampun kaupakara sae, nanging dereng patos dados kados karsa dalem, punika ugi tampi paukuman."

Kutipan di atas memiliki kemiripan dengan apa yang ditulis De Graaf. Saya tidak menemukan petunjuk kuat bila Sultan Agung gemar aben kemiri.

Terlebih lagi, berjudi melalui adu kemiri. Hal ini membawa keraguan saya atas kisah pemberian Gamelan Sari Oneng kepada kebupatian Sumedang Larang sebagai hadiah atas kontes adu kemiri yang dihelat Sultan Agung di Mataram.

Ketua Yayasan Dapuran Kipahare dan Kepala Riset dan Kesejarahan Soekabumi Heritages, Irman Sufi Firmansyah menyampaikan bahwa berdasarkan riset kesejarahan dan literatur-literatur yang ada, sudah terbukti bahwa Gamelan Sari Oneng Parakansalak itu dipesan oleh seorang Administratur Perkebunan Teh di Parakansalak Sukabumi bernama Adriaan Walrafenholle sekitar tahun 1854.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun