Rumus Dasar:
1. Rumus Triliteral
2. Rumus Biliteral
3. Rumus Uniliteral
4. Rumus Cypher
Sub-Rumus
5. Metatesis Triliteral
6. Metatesis Biliteral
7. Prostesis
8. Prostesis dengan Metatesis
9. Â Toning up
10. Toning down
Kesepuluh rumus di atas pada dasarnya merupakan upaya melacak kembali kata-kata yang hilang dari kandang setelah mengalami setidaknya salah satu dari lima sebab berikut:
(a) Alfabet dan organ-organ bunyi.
(b) Pergeseran bunyi
(c) Awalan dan akhiran
(d) Penghilangan huruf hidup
(e) Penghapusan huruf-huruf yang berlebih
Kelima sebab untuk berubah atau hilangnya sebuah kata ini secara umum terjadi pada saat proses peminjaman kata atau load word atau karena adanya tradisi yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
 Tentu saja bukan tugas yang mudah bagi siapapun untuk melakukan ini. Tidak kurang dari 16 tahun bagi seorang Muhammad Ahmad Mazhar untuk bisa melacak jejak beberapa contoh kata dalam berbagai bahasa di dunia dan mengembalikannya kepada bahasa Arab sebagai bahasa induk.Â
Dalam linguistik terdapat empat cabang ilmu yang dapat kita gunakan menelisik makna dan asal-usul sebuah kata dalam bahasa. Keempart cabang tersebut adalah etimologi (asal-usul kata), onomasiologi (makna menuju kata), semasiologi (kata menuju makna) dan semantik (makna dalam bahasa).
 Secara spesifik, keempatnya termasuk dalam bidang linguistik historis (untuk etimologi) dan linguistik makna atau semantik (untuk onomasiologi, semasiologi, dan semantik itu sendiri). Sementara secara umum, kita dapat mengatakan keempatnya studi asal usul kata dan makna dalam bahasa.
Sedikit tentang Lagu Wajib Nasional Mengheningkan Cipta
Dilansir dari laman IDNtimes.com lagu "Mengheningkan Cipta" diciptakan oleh Truno Prawit, komposer musik asal Solo yang lahir tahun 1915. Tak hanya jadi seniman, ia juga merupakan tokoh sejarah yang aktif mengasah bakatnya dalam bermusik di Staf Musik Kraton Surakarta.Â
Lagu yang indentik dengan upacara bendera ini pertama kali dinyanyikan saat upacara peringatan Hari Pahlawan di Ambon oleh Presiden RI Soekarno tahun 1958 lalu sekaligus tempat pengumpulan dukungan untuk pembebasan Irian Barat.