Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kongruensi

11 Agustus 2024   02:02 Diperbarui: 11 Agustus 2024   02:13 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke Al-Wahid. Sekolah sederhana di kampung Wanasigra ini berdiri tepat di awal milenium yang kedua, tahun 2000.  Al-Wahid seakan berdiri di atas tradisi wiyata kamandalaan Cikuray lebih dari setengah milenium sebelumnya. Bahkan, menurut Dr. Rakeeman, seorang filolog kenalan saya, diperkirakan di sekitaran Al-Wahid berada dulu terdapat sebuah kawikuan yang bernama Cilutung. Beberapa bulan lalu, beberapa Alwahidians saya tugaskan untuk observasi ke lokus tersebut. Dari foto-foto yang diambil, dugaan keberadaan kawikuan di pinggir sungai Cikuray ini semakin menguat. 

Antara Cikuray dan Tenjowaringin: Sebuah Kongruensi

Srimanganti, nama kuno untuk Cikuray, seperti disebutkan sebetulnya berarti 'menanti raja' maka Tenjowaringin - nama desa tempat Al-Wahid berada - memiliki siratan makna yang senada. 

Tenjowaringin berasal dari dua kata: tenjo dan waringin. Tenjo dalam bahasa Sunda berarti "melihat atau memperhatikan". Sementara waringin berarti beringin. Dalam konteks kesundaan, menurut Rakeeman, pohon beringin identik dengan Pajajaran, baik raja ataupun pangeran. Menilik arti kata-kata ini, Tenjowaringin mengandung makna perintah untuk melihat atau memperhatikan (menjaga) raja atau keturunan raja. 

Atau, bila waringin diartikan gunung Cikuray menilik fungsi gunung tersebut sebagai 'universitas'-nya bangsawan Pajajaran, maka Tenjowaringin akan berarti tempat untuk memantau atau menjaga aktivitas di kamandalaan Cikuray. Dalam konteks ini, di Tenjowaringin terdapat satu tempat yang diberi nama Cikuray. Uniknya, tempat tersebut tepat berada di gerbang menuju kampung Wanasigra.

Alhasil, secara toponimis, terdapat kongruensi maknawi yang menarik antara desa dan kampung tempat Al-Wahid berada dengan Gunung Cikuray. 

Alwahidians: Penaka Bujangga Manik di Era Modern

Sebagai peminat kajian tentang seputar Cikuray, sulit rasanya menampik godaan insight saat kolega saya - Dani Sunjana -  yang menuntaskan tugas akhir S2-nya berisi penelitian tentang Gunung Kumbang. Pikiran sontak melayang pada sosok Bujangga Manik yang juga pernah singgah ke gunung tersebut. 

Dani seolah menapaktilasi perjalanan rahib pengelana Sunda tersebut. Bahkan, menariknya lagi, seperti halnya Bujangga Manik, kolega saya yang asli Tenjowaringin ini menuntut S1-nya di Universitas Udayana, Bali. 

Sukasari, nama dusun yang darinya Dani berasal, secara toponimis nampaknya berasal dari "Sukasri" yang berarti suka raja. Jejak keberadaan Bujangg Manik di sekitaran dusun ini terabadikan dalam toponimi kampung lainnya seperti Sindangratu (tempat persinggahan raja). 

Sebagai sekolah yang dalam tiga  tahun pelajaran terakhir menerima amanat sebagai Sekolah Penggerak, selain mengusung tagar #GuruBahagiaMuridCeria, Al-Wahid mengambil pelajaran dari sosok Bujangga Manik yang dikukuhkan dalam tagar lainnya, yakni #BerkearifanLokaldalamKebhinnekaamGlobal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun