Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Aplikasi Suno AI: The Death of Artistry?

1 Agustus 2024   02:00 Diperbarui: 1 Agustus 2024   02:06 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan digital karya AI. Sumber lbbonline.com

Karya Allen - Theatre D'opera Spatial - dibuat sepenuhnya menggunakan perangkat lunak AI yang disebut Midjourney. Allen memberikan perangkat lunak ini petunjuk yang digunakan untuk menciptakan karya seni, sebelum mencetak hasilnya di atas kanvas. Dia memasukkan karya tersebut ke dalam kategori seni digital, dan melabelinya sebagai 'Jason Allen via Midjourney'.

Hal ini bisa dibilang merupakan pengajuan yang adil dan transparan ke dalam kategori yang sesuai, tetapi hal ini telah menimbulkan pertanyaan serius tentang seni yang dihasilkan oleh AI-termasuk banyak pertanyaan yang mungkin belum siap kita jawab, tulis Philips.

Kendati kekhawatiran tentang AI yang akan menggantikan manusia dalam keterampilan dan kreativitas - termasuk seniman - dapat dibenarkan, ungkap Philips, akan tetapi tidak dapat dipungkiri ada manfaat nyata dan kuat dalam pemanfaatan AI dalam menyelesaikan tugas-tugas biasa sehingga manusia dapat fokus pada pekerjaan yang lebih menarik.

Singkatnya, daripada bersandar pada ketakutan yang berlebihan tentang teknologi yang sedang berkembang, mungkin inilah saatnya untuk mengingatkan diri kita sendiri bahwa selalu ada ruang bagi yang lama untuk hidup berdampingan dengan yang baru. Sama seperti televisi yang tidak membunuh radio, AI juga tidak akan membunuh kesenian, meskipun mungkin akan mengubah lanskap seni selamanya - mendorongnya ke wilayah-wilayah yang baru dan menarik, pungkas direktur kreatif, film dan konten, di Media.Monks ini.

Kembali kepada Suno, Brian Hiatt dalam A ChatGPT for Music Is Here. Inside Suno, the Startup Changing Everything menyatakan bahwa jauh sebelum kedatangan Suno, para musisi, produser, dan penulis lagu telah menyuarakan keprihatinan mereka akan potensi AI yang dapat mengguncang bisnis. Hiatt mengutip pernyataan Vernon Reid, gitaris Living Colour bahwa:

Musik, yang dibuat oleh manusia yang didorong oleh keadaan yang luar biasa... mereka yang telah menderita dan berjuang untuk memajukan keahlian mereka, harus bersaing dengan otomatisasi besar-besaran dari seni yang telah mereka perjuangkan dengan susah payah. 

Namun para pendiri Suno, lanjut Hiatt, mengklaim bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dari aplikasi ini seraya menyodorkan metafora bahwa orang masih membaca meskipun mereka memiliki kemampuan untuk menulis. "Cara kami memikirkan hal ini adalah kami mencoba membuat satu miliar orang lebih terlibat dengan musik daripada sekarang. Jika orang-orang lebih menyukai musik, lebih fokus pada penciptaan, mengembangkan selera yang jauh lebih berbeda, hal ini tentu saja bagus untuk para seniman. Visi yang kami miliki untuk masa depan musik adalah musik yang ramah bagi para seniman. Kami tidak mencoba untuk menggantikan para seniman," begitu penegasan Michael Shulman, kutip Hiatt.

Dengan tidak adanya aturan yang ketat terhadap konten yang dibuat oleh AI, ada juga prospek dunia di mana pengguna model seperti Suno membanjiri layanan streaming dengan jutaan kreasi robot mereka. Kembali, Shulman mengatakan, "Suatu hari nanti Spotify mungkin akan mengatakan 'Anda tidak bisa melakukan hal tersebut.'" Terlebih, menurut Shulman, sejauh ini para pengguna Suno terlihat lebih tertarik untuk mengirimkan lagu-lagu mereka ke beberapa teman. 

Saat Hiatt bertandang ke calon kantor pusat Suno yang baru, Shulman memamerkan sebuah area yang akan menjadi studio rekaman yang lengkap. Namun, dengan apa yang bisa dilakukan Suno, mengapa mereka membutuhkannya? 

Sebagian besar [ruangan ini] merupakan ruang untuk mendengarkan [musik]. Kami menginginkan lingkungan akustik yang bagus. Dan kami semua juga senang sekali membuat musik - tanpa AI, aku Shulman.

Kemanusiaan: Tapal Batas Manusia dalam Mencipta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun