Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Virus, Virum, Vitae

24 Juli 2024   00:36 Diperbarui: 30 Juli 2024   01:26 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang ditunggu-tunggu para guru, karena tidak hanya meringankan beban murid tetapi juga memerdekakan guru untuk mengolah kreativitasnya dan berinovasi dalam mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan sesuai kebutuhan murid," ungkap Mas Menteri sebagaimana dikutip media.

Sejak 10 Desember 2019 hingga 29 Agustus 2023 lalu sebanyak 26 episode Merdeka Belajar telah diluncurkan Kementerian Pendidikan kita, yang garis besarnya sebagai berikut:

Merdeka Belajar 1: Asesmen Nasional, USBN, RPP dan PPDB; Merdeka Belajar 2: Kampus Merdeka; Merdeka Belajar 3: Penyaluran dan Penggunaan Dana BOS; Merdeka Belajar 4: Program Organisasi Penggerak; Merdeka Belajar 5: Guru Penggerak; Merdeka Belajar 6: Transformasi Dana Pemerintah Untuk Perguruan Tinggi; Merdeka Belajar 7: Program Sekolah Penggerak; Merdeka Belajar 8: Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Unggulan; Merdeka Belajar 9: KIP Kuliah Merdeka; Merdeka Belajar 10: Perluasan Program Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP); Merdeka Belajar 11: Kampus Merdeka Vokasi; Merdeka Belajar 12: Sekolah Aman Berbelanja bersama SIPLah; Merdeka Belajar 13: Merdeka Berbudaya dengan Kanal Indonesiana; Merdeka Belajar 14: Kampus Merdeka dari Kekerasan Seksual; Merdeka Belajar 15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar Kurikulum Merdeka; Merdeka Belajar 16: Akselerasi dan Peningkatan Pendanaan PAUD dan Pendidikan Kesetaraan; Merdeka Belajar 17: Revitalisasi Bahasa Daerah; Merdeka Belajar 18: Merdeka Berbudaya dengan Dana Indonesiana; Merdeka Belajar 19: Rapor Pendidikan Indonesia; Merdeka Belajar 20: Praktisi Mengajar; Merdeka Belajar 21: Dana Abadi Perguruan Tinggi; Merdeka Belajar 22: Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri; Merdeka Belajar 23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia; Merdeka Belajar 24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan; Merdeka Belajar 25: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan; Merdeka Belajar 26: Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi.

Begitu banyak yang ditawarkan atas nama kemajuan pendidikan di negeri kita oleh satu kementerian yang dibawahi oleh seorang Nadiem. Atas nama keadilan, dan terlepas dari tentu masih terdapatnya kekurangan yang bisa diperbaiki, kita patut menaruh apresiasi atas apa yang telah dilakukan ini.

Namun, ada satu hal yang menarik. Percikan kasus Covid di dunia pertama kali ditengarai pada November 2019. Hanya dalam selisih satu bulan, yakni 10 Desember 2019, episode 1 Merdeka Belajar diluncurkan.  

Menariknya lagi, per 22 Juni 2023 status pandemi Covid-19 di Indonesia dicabut sementara episode ke-26 diluncurkan 29 Agustus 2023 atau dua bulan setelah pencabutan status pandemi. 

Sulit bagi saya untuk tidak kagum pada kuatnya insting Mas Menteri. Apakah Nadiem mengikuti baik langsung ataupun tidak Event 201? Saya tidak tahu. Saya juga tidak tertarik untuk melibatkan Nadiem dalam teori konspirasi Covid-19. Hanya saja ingin saya ungkapkan bahwa jika pandemi dipicu oleh sebuah virus, maka Kurikulum Merdeka diinisiasi oleh seorang virum bernama Nadiem.

Saat memikirkan kaitan antara kedua kata Latin yang berdekat bunyi, virus dan virum, tiba-tiba citra Veeru Sahastra Buddhi dalam film Three Idiots - yang dikenal dengan diktumnya: Life is a race - membayang. Veeru, saking besar pengaruh dan tanpa kenal komprominya, oleh para mahasiswa di kampusnya secara derogatif dijuluki Virus. Selengkung senyum pun terbentuk.

Vitae 

Sebagai virum yang dunia kerjanya nyaris diluluhlantakkan oleh serangan masif virus bernama Corona, saya harus bertahan. Pandemi Covid-19 memicu disrupsi dalam dunia persekolahan. 

Sekolah harus bertransformasi. UNESCO melaporkan penutupan sekolah sementara, penerapan pembelajaran jarak jauh dan tentu saja penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran sebagai salah satu cara agar persekolah tetap dapat bertahan dan memberikan layanannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun