Pohon juga bisa kejam. Menurut Wohlleben pohon memiliki indera perasa. Ketika pohon elm dan pinus diserang ulat pemakan daun, misalnya, mereka mendeteksi air liur ulat, dan melepaskan feromon yang menarik tawon parasit. Tawon bertelur di dalam ulat, dan larva tawon memakan ulat dari dalam. "Sangat tidak menyenangkan bagi ulat," kata Wohlleben. "[Sekaligus langkah] sangat pintar [oleh] pohon-pohon itu."
Sebuah penelitian terbaru dari Universitas Leipzig dan Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati Integratif Jerman, kutip Grant, menunjukkan bahwa pohon-pohon mengetahui rasa air liur rusa.
"Ketika seekor rusa menggigit dahan, pohon akan mengeluarkan zat kimia yang membuat rasa daun menjadi tidak enak," kata peneliti tersebut. "Ketika manusia mematahkan dahan dengan tangannya, pohon mengetahui perbedaannya, dan membawa zat-zat untuk menyembuhkan luka tersebut."
Pohon bisa membedakan antara gigitan rusa dan petikan tangan manusia.
"Tanaman mungkin tidak bisa mendengar seperti kita," kata Dr Dominique Hes, sebagaimana dikutip Seetha Dodd dalam 'They respond to vibrations: does talking to plants actually help them grow?, pakar biofilia dan peneliti utama di Horticulture Innovation Australia. "Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa berbicara dengan baik pada tanaman akan mendukung pertumbuhannya, sedangkan jika membentaknya akan berakibat sebaliknya. Namun, daripada arti kata-kata, ini mungkin lebih berkaitan dengan getaran dan volume. Tanaman bereaksi dengan baik terhadap tingkat getaran yang rendah, sekitar 115-250hz yang ideal."
Jadi ternyata Bapak dulu saat minta pohon jeruk Bali berbuah menggunakan bahasa getaran, bukan kata-kata. Nada bicara Bapak yang lembutlah yang membuatnya komunikatif dengan pohon jeruk Bali kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H