Saat Abu Nawas mengetahui bahwa dirinya akan mendapatkan hukuman. Ia mengambil jalan yang melewati pintu kamar Khalisah dan menghapus dua bagian dari tulisannya tanpa sepengetahuan siapa pun, lalu menghadap kepada sang raja.
Begitu melihat Abu Nawas, raja pun langsung membentaknya: "Apa yang kamu maksudkan dengan tulisanmu di pintunya Khalisah?"
Abu Nawas pura-pura tidak tahu: "Apa yang Amirul Mu'minin maksudkan ini?"
"Tulisanmu yang menghinakan aku itu," jawabnya tinggi.
"Na'udzibillah, mana mungkin hamba berani melakukan itu, wahai Amirul Mu'minin," jawab Abu Nawas tenang. "Hamba telah memuji Paduka dan bukannya menghina Paduka. Mari kita bukti, Paduka!"
"Awas bila apa yang katakan tidak benar, maka aku akan memenggalmu," tegas sang raja.
Maka keduanya pun pergi. Saat keduanya sampai di depan pintu kamar Khalisah di sana tertulis:
Laqad dhaa-a sya'ri 'alaa baabikum, kamaa dhaa-a 'aqadun 'alaa Khalishah
(Sungguh telah bercahaya rambutku atas pintumu, sebagaimana bercahayanya ikatanku atas Khalisah)
Maka sang raja pun terkagum-kagum atas kecerdasan Abu Nawas. Ia pun menghadiahinya 1000 dinar.
Berkata salah satu dari antara yang turut menyaksikan: "Wahai Amirul Mu'minin, sesungguhnya Abu Nawas telah mengganti 'ain dengan hamzah di dua tempat dengan menghapus lengkungan pada bagian bawah 'ain."