Kita bisa menangkap bahwa secara halus kisah ini mengukuhkan kualitas penguasaan diri Harun Al-Rasyid. Dan Abu Nawas meski dengan jenakanya menyelipkan adegan lucu dalam syairnya, ia menunjukkan kejeniusannya dalam membaca gelagat yang dialami oleh sang Khalifah.
Penghapusan Jejak yang SempurnaÂ
Konon Harun Al-Rasyid sedang 'kesengsem' berat oleh sahaya perempuan yang bernama Khalisah. Siang maupun malam sang raja senantiasa bersamanya. Khalisah pun dihujani hadiah-hadiah mewah dari waktu ke waktu.
Suatu hari, Abu Nawas menghadap kepada raja Harun Al-Rasyid yang saat itu tengah duduk santai bersama Khalisah. Maka penyair kita pun mulai melantunkan syair pujiannya dalam pola nuniyah (berakhiran huruf nun). Sungguh disayangkan sang raja tidak sekalipun mengindahkan syairnya Abu Nawas. Bahkan sampai puisi selesai pun perhatian Harun Al-Rasyid terpaut lekat pada Khalisah. Hal ini membuat marah Abu Nawas.
Penyair kita pun beranjak keluar meninggalkan ruangan sang raja dalam keadaan gusar kepada sang sahaya, Khalisah. Saat melewati pintu kamar Khalisah, maka Abu Nawas menuliskan sebuah syair:
Laqad dhaa'a sya'ri 'alaa baabikum, kamaa dhaa'a 'aqadun 'alaa Khalishah
(Sungguh telah rontok rambutku atas pintumu, sebagaimana rontoknya ikatanku atas Khalisah)
Lalu ia pun bergegas meninggalkan tempat.
Keesokan paginya, saat para pelayan masuk ke kamar Khalisah mereka menemukan tulisan tersebut dan melaporkannya kepada Khalisah. Awalnya sahaya tersebut tidak percaya. Sampai akhirnya ia membacanya sendiri tulisan di lembar pintu kamarnya. Ia pun marah dan terhina. "Demi Allah, tidak ada yang menulis ini kecuali Abu Nawas," ungkapnya penuh kemurkaan.Â
Ketika Harun Al-Rasyid masuk ke kamar Khalisah, didapatinya ia menangis dan saat ditanyakan apa alasannya, Khalisah memberitahukan perihal tulisan di depan pintunya. "Tidak akan ada yang berani menulis syair seperti itu kecuali Abu Nawas," cetus Khalisah sambil menangis.
Saat Harun Al-Rasyid melihat tulisan tersebut, ia  pun berkata: "Benar sekali. Tulisan ini memang tulisannya Abu Nawas. Aku akan menghukumnya dengan sangat keras. Dan aku pastikan hal ini tidak akan terjadi lagi," geram sang raja. Sang raja memerintahkan bawahannya untuk menyeret Abu Nawas.Â