Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membincang Peradaban dan Kebudayaan

9 April 2023   11:40 Diperbarui: 9 April 2023   11:42 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebentuk intuisi lamat-lamat membawa saya kepada sebuah simpulan: boleh jadi garis takdir kepindahan ibu kota pemerintahan Islam dari Medinah ke Kufah semasa Khalifah Ali bin Abi Thalib ra adalah dalam bingkai ini. Sebuah perjalan takdir untuk mempersiapkan malam panjang nan kelam dunia Islam pasca  terbitnya Sang Fajar---yang selama lima puluh tahunan---menerangi jagat semesta, Rasulullah saw.

Pembahasan akan membawa kita kepada peradaban versus kebudayaan dalam dunia Islam. Mari kita mengilas ke belakang berkenaan dengan peradaban Islam!  

Dalam Islamic Golden Age: Legacy Written Out Of History Sameer Arshad Khatlani menulis:

"Ketika Abu Jafar Abdullah al-Mansur, Khalifah Kekaisaran Abbasiyah kedua, menyelesaikan situs yang disarankan oleh biksu Kristen Nestorian kepadanya untuk ibu kota barunya—Baghdad—seorang Yahudi dan Zoroastrian termasuk di antara para peramal yang dia tuju untuk ramalan. Dia meletakkan batu bata seremonial pertama untuk fondasi kota hanya setelah para astrolog memilih tanggal yang menguntungkan—30 Juli 762.

Keterbukaan dan penerimaan ini mendefinisikan Abbasiyah, menjadikan periode mereka dari abad ke-8 hingga ke-11 sebagai titik puncak Zaman Keemasan dan peradaban Islam. Profesor Universitas Columbia Edward Said, seorang Kristen Arab Palestina, menyebut era itu sebagai 'periode sejarah budaya yang brilian' layaknya Renaisans di Italia."

Pada masa dinasti Abasiyah ini lahirlah Baytul Hikmah (Rumah Kebijaksanaan). Sebuah cerminan agung dari kecintaan Khalifah Harun Al-Rasyid terhadap ilmu. "[Awalnya] didirikan sebagai koleksi pribadi untuk Khalifah Abbasiyah kelima Harun Al-Rashid pada akhir abad kedelapan, Bayt al-Hikma melambangkan 'keingintahuan intelektual yang semarak dan kebebasan berekspresi' yang tumbuh subur di bawah Abbasiyah. Itu menyambut para filsuf, ahli matematika, cendekiawan, dan dokter dengan tangan terbuka setelah diubah menjadi akademi yang terbuka untuk umum," ungkap Khatlani.

Al-Khalili, menurut Khatlani, menegaskan bahwa Ibn al-Haytham adalah fisikawan terbesar dalam rentang 2.000 tahun antara Archimedes dan Newton. Demikian pula, al-Bīrūni, polymath Persia, dianggap sebagai Da Vinci Islam. Al-Tūsi, seorang matematikawan dan astronom, mempengaruhi Copernicus. Ibnu Khaldun diakui sebagai bapak ilmu sosial dan teori ekonomi.

Dunia Islam memanggungkan persilihgantian dua dinasti terbesarnya, Abasiyah dan Umayah. Keduanya sama-sama mengalami pasang surut.  Untuk dinasti Umayah puncak kejayaan mereka berlangsung di Spanyol yang bisa dikatakan sebagai Baghdad kedua bagi dunia Islam. Kesemua pencapaian ini jauh sebelum Eropa bersinar seperti sekarang. Deretan nama cendikiwan sekaligus polymath (polimatik) muslim seperti Al-Kindi yang dikenal sebagai Bapak Filsafat Islam; Al-Khwarizmi yang darinya kata algoritma diambil merupakan pelopor algoritma dan penemu Aljabar. Kita yang sekarang tengah gandrung akan artificial intelligent (kecerdasan buatan) dan robotika, sangat berhutang kepada Al-Khawarizmi dalam algoritmanya. Atau, Al-Ghazali, Al-Khalil dan masih banyak lagi. Kesemuanya adalah para polimatik haus ilmu. Doa sederhana dan sangat populer, Rabbi zidni 'ilman (Ya Tuhan tambahkan kepadaku ilmu) tercermin dalam diri para titan ilmu pengetahuan ini.

Dunia Islam dengan pusat riset Baytul Hikmah-nya pernah begitu luar biasa. "Orang-orang Eropa Abad Pertengahan merasa rendah diri dengan dunia Muslim yang sangat maju sebelum mereka mengungguli dan menolak warisan ilmiahnya selain menulis peradaban Islam dari sejarah intelektual mereka," Sameer Arshad Khatlani. Atau, seperti salah satunya ketakjuban yang diwakili oleh Adrienne Bernhard dalam tulisannya di BBC, Bagaimana matematika modern bisa mucul dari sebuah perputakaan Islam yang hilang?  

Basrah, Kufah, Baghdad adalah nama-nama kota di Irak yang dulu masuk ke dalam wilayah imperium Persia. Secara peradaban, tanah Persia menjadi titik persebaran ilmu pengetahuan dunia Islam. Baghdad pernah menjadi Pintu Babil-nya sains Dunia Islam. Dalam perspektif peradaban, dunia Islam telah mencapai bintang 'Tsurayya'-nya sains dan pengetahuan.   

Sebuah hadits, terlepas pro dan kontra tentang kesahihannya, yang berbunyi Ana madiinatul 'ilmi wa 'Aliyun baabuhaa (Aku, Nabi Muhammad saw, adalah Kota Ilmu dan Ali adalah gerbangnya), terwujud dengan elegannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun