Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membincang Peradaban dan Kebudayaan

9 April 2023   11:40 Diperbarui: 9 April 2023   11:42 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Imam Bukhari juga meriwayatka hal senada:

https://sunnah.com/bukhari:4897
https://sunnah.com/bukhari:4897

"Apabila iman sudah [terbang] ke [bintang] Tsurayya maka beberapa orang laki-laki--atau seseorang---dari [kalangan] mereka akan mengembalikannya." (Sahih al-Bukhari 4897)

Sedikit tentang Tsurayya, Danielle Adams dalam Whose stars? Our heritage of Arabian astronomy mengenalkan kepada kita sedikit tentang bintang ini:

"Keluarlah pada waktu, beberapa jam setelah matahari terbenam, dan lihat ke timur. Di sana, di salah satu daerah terpadat di langit, Anda mungkin mengenali bintang merah cemerlang yang kini dikenal sebagai Aldebaran (alpha Tauri). Dibuktikan sejak zaman pra-Islam (sebelum 610 M), nama Arab dari bintang ini (ad-dabaran) yang secara harfiah berarti 'Pengikut.” Dinamakan demikian karena mengikuti objek paling terkenal di langit malam Arab: gugus bintang cemerlang yang disebut ath-Thuraya, yang sekarang dikenal sebagai Pleiades. Gugus bintang ini sangat terkenal sehingga sering disebut sang Bintang (an-najm)."

Dalam tulisannya yang lain, Thuraya, the Abundant Darling of the Heavens, Danielle Adams memaparkan betapa bintang ini begitu populer di kalangan Arab. Ia mengutip satu bait sajak klasik pra-Islam gubahan Imru’ al-Qays dari abad ke-6 Masehi:

"Saat Tsurayya condong miring ke langit,
seperti permata beraneka ragam dari selempang manik-manik,
yang lipatannya menggantung dari bahu ke pinggang yang berlawanan."

Bait di atas, menurut Danielle, berasal dari kumpulan puisi pra-Islam yang disebut Mu'allaqat. Gambaran penampakan Tsurayya tidak hanya gamblang; itu juga literal, karena menggambarkan orientasi asterisme saat bersiap untuk terbenam, dalam hal ini, di penghujung malam. Puisi Arab klasik penuh dengan penggunaan bintang sebagai jam langit yang mengatur kerangka waktu untuk sebuah puisi.

"Nama Tsurayya sudah sangat tua. Secara tata bahasa, kata itu: kecil, dan artinya akan mirip dengan 'Si Mungil yang Berlimpah', yang cenderung dihubungkan oleh ahli tata bahasa dengan banyak bintangnya. Selain itu, arti ini mungkin mengacu pada banyaknya hujan yang turun selama periode hujannya. Kemungkinan ini diperkuat dengan adanya kata yang terdengar sangat mirip yang menandakan kelembapan. Bentuk kecil feminin dari Tsurayya memberi kata rasa sayang, seperti bahasa Inggris dearie (kesayangan) atau horsey (kuda). Dalam legenda, Tsurayya diantropomorfisasikan sebagai seorang wanita," tambah Danielle.

 

Peradaban Islam vs Kebudayaan Islam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun