Namun, tulisan saya kali ini tidak untuk berhenti sampai di sini. Ada sesuatu yang sangat serius dan dilakukan dengan saksama, akan tetapi beberapa pihak mengategorikan sebagai cocokologi atau bias konfirmasi. Penasaran? Mari kita lanjutkan.
Teori Dawai dalam Al-Qur'an
Bila kasus Corona terbukti merupakan cocokologi. Lagu bagaimana dengan pernyataan bahwa String Theory (Teori Dawai) terdapat dalam Al-Qur'an?
Teori dawai adalah gagasan dalam teori fisika bahwa realitas terdiri dari dawai bergetar yang sangat kecil, lebih kecil dari atom, elektron, atau quark. Menurut teori ini, saat dawai bergetar, berputar, dan melipat, mereka menghasilkan efek dalam banyak dimensi kecil yang ditafsirkan manusia sebagai segalanya mulai dari fisika partikel hingga fenomena berskala besar seperti gravitasi.
"Teori dawai telah dianggap sebagai kandidat Theory of Everything, sebuah kerangka kerja tunggal yang dapat menyatukan relativitas umum dan mekanika kuantum, dua teori yang mendasari hampir semua fisika modern. Sementara mekanika kuantum sangat baik dalam menggambarkan perilaku benda-benda yang sangat kecil dan relativitas umum bekerja dengan baik untuk menjelaskan bagaimana hal-hal yang sangat besar terjadi di alam semesta, mereka tidak bermain bersama dengan baik. Beberapa ilmuwan berpikir (atau berpikir) bahwa teori dawai dapat menyelesaikan teka-teki di antara keduanya, menaklukkan salah satu masalah fisika utama yang belum terpecahkan," tulis Charlie Wood dan Vicky Stein dalam What is string theory?
Dari beberapa referensi lainnya kita mengetahui bahwa String Theory adalah teori fisika yang mencoba menggabungkan dua teori besar dalam fisika, yaitu teori relativitas umum dan mekanika kuantum. Inti argumen dari String Theory adalah bahwa partikel subatomik, seperti elektron dan quark, sebenarnya bukanlah partikel yang paling dasar dalam alam semesta. Sebaliknya, partikel-partikel ini terdiri dari benang atau dawai energi yang sangat kecil yang disebut string.
String-string ini terikat bersama dan bergetar pada frekuensi tertentu, menciptakan partikel subatomik yang berbeda. Dalam teori ini, alam semesta dianggap terdiri dari 10 dimensi spasial dan 1 dimensi waktu, dan string-string ini bergerak di sepanjang semua dimensi ini. Konsep ini memberikan penjelasan bagi fenomena-fenomena yang tidak dapat dijelaskan oleh teori fisika yang ada saat ini, seperti gravitasi dan fenomena di alam semesta awal. Namun, karena kompleksitasnya, String Theory masih menjadi topik penelitian dan kontroversi di kalangan komunitas fisika.
String Theory digadang-gadang sebagai calon Theory of Everything atau Teori Segalanya karena teori ini mampu menggabungkan empat fundamental forces dalam alam semesta yaitu gravitasi, elektromagnetisme, interaksi nuklir lemah, dan interaksi nuklir kuat dalam satu kerangka kerja teoretis yang konsisten. Selain itu, string theory juga mampu menjelaskan fenomena-fenomena fisika yang tidak dapat dijelaskan oleh teori fisika lainnya, seperti bagaimana partikel subatomik terbentuk, bagaimana gravitasi bekerja pada tingkat subatomik, dan bagaimana alam semesta terbentuk.
Namun, untuk menjadi benar-benar Teori Segalanya, Teori Dawai masih memerlukan banyak pengembangan dan bukti empiris yang kuat. Karena itu, para ilmuwan terus melakukan penelitian dan eksperimen untuk menguji validitas teori ini dan mencari bukti eksperimental yang dapat mendukung atau menggoyahkan teori ini.
Teori Dawai ini sendiri pertama kali diusulkan pada tahun 1960-an oleh sekelompok fisikawan teoretis, termasuk Gabriele Veneziano, Claud Lovelace, dan Yoichiro Nambu. Namun, teori ini benar-benar terwujud pada tahun 1980-an melalui karya-karya fisikawan teoretis terkemuka seperti Michael Green, John Schwarz, Edward Witten, dan Nathan Seiberg. Â
Confirm bias vs Confirmed truth  Â