Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Artifisial

31 Maret 2023   05:00 Diperbarui: 31 Maret 2023   13:23 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.spotify.com

Kisah indah atau romansa yang memesona boleh jadi hanya sebatas angan. Bukan tidak untuk menjadi nyata disebabkan kemustahilannya. Hanya saja, ia memang tidak berasal dari sebuah kenyataan. Ia murni hasil dari sebuah ciptaan angan. Sosok Camellia, dalam tetralogi Ebiet G. Ade, termasuk salah satunya. 

Keindahan kisah seperti halnya Camellia tidak hanya dalam dunia romansa. Sains dan agama juga tidak luput dari sentuhan kreativitas manusia. Film Interstellar (2014), misalnya, meminjam kata-kata Karl Tate dalam The Science of 'Interstellar' Explained (Infographic) di laman Space:

"Film Interstellar mengandalkan sains nyata untuk banyak visualnya yang menakjubkan. Fisikawan Kip Thorne, seorang ahli black hole (lubang hitam) dan wormhole (lubang cacing), memberikan dasar matematika sehingga para seniman efek khusus bisa mengubahnya menjadi sebuah keajaiban film."

Betapa tidak, kebebasan berimajinasi ala dunia perfilman telah membuat sains seakan telah mewujudkannya, sebagaimana kata-kata Jessica Bajer dalam Interstellar Ending, Explained: What Happens & What It Means:

"Bisa dibilang pemandangan yang paling unik dan luar biasa, baik secara visual maupun ilmiah, adalah dengan tesseract. Penafsiran dimensi kelima ini telah dijelaskan tidak hanya akurat secara ilmiah terhadap apa yang berpotensi terjadi jika seseorang memasuki lubang hitam, kalau menurut Gizmodo, bahkan juga memungkinkan kita untuk lebih memahami konsep ruang-waktu. Meskipun sepertinya Cooper berakhir di tesseract  di tangan makhluk luar angkasa, kenyataannya adalah kemungkinan besar manusia masa depan yang mengirim Cooper melalui tesseract untuk menyelamatkan masa depan umat manusia. Manusia ini membangun ruang ini agar Cooper memahami apa yang sedang terjadi dan menyampaikan informasi penting kepada Murphy melalui kode Morse melalui rak bukunya."

Seperti halnya Camellia, apa yang terjadi dalam film Interstellar benar-benar baru sebatas angan---meski didasarkan pada sains. Hadirnya fisikawan sekaliber Kip Thorne sebagai konsultan sains memastikan lurusnya film ini secara kaidah sains. Bahkan ia sampai mengarang buku The Science of Interstellar.  Namun, bagaimanapun ini baru sebatas angan. Sekali lagi bukan karena mustahilnya untuk terjadi melainkan karena memang sejauh ini belum terjadi. Sebuah kisah yang 'nyaris' indah. 

***

Cukup untuk sains sampai di sini. Saya akan berpindah ke masalah agama, yaitu tentang mi'rajul mu'minin dan tahiyat.

Sebagian dari kita tentu akrab dengan kata-kata yang penuh makrifat bahwa ash-shalatu mi'rajul mu'min---shalat adalah mi'rajnya orang-orang beriman. Bukan hal yang sulit untuk menerima betapa benarnya perkataan ini. Betapa tidak, shalat adalah satu-satunya praktik ibadah perintahnya diturunkan kepada Nabi Muhammad saw saat beliau menjalani peristiwa ruhani, Isra'-Mi'raj sebagaimana masyhur dikutip dari Ibnu Katsir:

"Pada malam Isra'-Mi'raj, tepatnya satu setengah tahun sebelum hijrah, Allah mewajibkan shalat lima waktu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian secara berangsur, Allah terangkan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, serta hal-hal yang berkaitan dengan shalat."

Satu catatan kecil perlu disematkan di sini. Bentuk peribadatan shalat sudah ada jauh sebelum peristiwa Isra'-Mi'raj. Hanya saja prosesi shalat sebagaimana sampai kepada kita sekarang bermula dari sini.

Shalat juga adalah ibadah yang paling mendekatkan seorang hamba terhadap Penciptanya. Sebuah hadits masyhur yang diriwayatkan Muslim menegaskan: "Keadaan paling dekat seorang hamba dari Rabb-nya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa (di dalamnya)."

Konon, Hasan Bashri berkenaan dengan keutamaan shalat berkata: "Barangsiapa yang ingin Allah berbicara kepadanya, maka bacalah Al-Qur'an; dan barangsiapa yang ingin berbicara dengan Allah, maka shalatlah."

Bukan hanya itu saja, masih berkenaan dengan shalat ada kisah yang beredar luas bahwa bacaan tahiyyat adalah dokumentasi dialog Nabi Muhammad saw dengan Allah SWT yang terjadi dalam peristiwa Mi'raj. Dari sekian banyak tulisan yang bertebaran, saya nukil tulisannya Nasrullah Ainul Yaqin yang berjudul Tahiyat Akhir, Dialog Rasulullah dan Allah Secara Langsung:

"Setelah mengalami hal itu, dia mengisyaratkan kepada Nabi saw. agar mengucapkan salam ketika sampai di maqam khithab (tempat pertemuan antara Allah swt. dengan Rasulullah saw.) Ketika Nabi saw. sampai di maqam khithab, beliau langsung memanggil salam seraya berkata, 'at-tahiyyatul mubarakatus shalawatut thayyibatu lillah (seluruh kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah sepenuhnya milik Allah).'

Allah swt. langsung menjawab salam Nabi saw. tersebut seraya berkata, 'as-salam 'alaika ayyuhan nabiyyu wa ramatullahi wa barakatuh (kesejahteraan, kasih-sayang, dan keberkahan Allah untukmu, wahai Nabi).'

Mendengar jawaban Allah swt. itu, Nabi saw. ingin hamba-hamba Allah yang saleh mendapat bagian dari pertemuan agung tersebut seraya berkata, 'as-salam 'alaina wa 'ala 'ibadillahish-shalihin (kesejahteraan atas kami dan hamba-hamba Allah yang saleh).'

Mendengar percakapan agung tersebut, seluruh penghuni langit dan bumi sama-sama bersaksi seraya berkata, 'asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna muhamadar rasulullah (aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah).'"

Demikian tulis Nasrullah yang menurutnya dikutip dari kitab Syarh Kasyifah as-Saja. Saya akan memberi keleluasaan bagi pembaca untuk membacanya tanpa gangguan.

Kembali, seperti halnya Camellia, nampaknya kita harus menerima kenyataan bahwa ternyata redaksi ash-shalatu mi'rajul mu'minin tidak terkonfirmasi memiliki transmisi yang sampai kepada Nabi Saw. Jadi kata-kata indah lagi penuh hikmah tersebut bukanlah hadits. Namun, kita tidak bisa mengingkari betapa benarnya kandungan hikmahnya. Tidak ada satu pun kaidah dan ajaran agama yang terlanggar olehnya. Hanya saja kata-kata itu sejauh ini belum terbukti bersumber dari ucapan Nabi saw.

Redaksi Islam Web menurunkan kupasan dengan judul Ash-Shalatu Mi'rajul Mukmin Bukan Hadits Nabi:

"Kata-kata mi'rajul mu'min terdapat dalam komentar Al-Zurqani atas kitab Muwaththa-nya Imam Malik, dalam bahasan tentang 'sebaik-baik amalmu adalah shalat'.

(Dan sebaik-baik amalmu adalah shalat): yaitu, itu adalah amalmu yang paling berpahala, untuk (shalat) itu adalah amal yang paling utama; (shalat) menghimpun amal ibadah (lainnya) seperti membaca (Al-Qur'an), tasbih, takbir dan tahlil, dan menahan diri dari perkataan (biasa) manusia, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Ini (shalat) adalah mi'rajul mu'min (pendakian orang beriman)...."

Pun demikian halnya dengan kisah asal-usul bacaan tahiyat yang dikatakan merupakan rekaman dialog Nabi SAW dan Allah SWT di Sidratul Muntaha dalam kesempatan Mi'raj.

Khalid Abdul Mun'im ar-Rifa'i berkenaan dengan ini menegaskan:

"Apa yang disebut dialog tentang tasyahud (tahiyat) atau kisah tasyahud seperti ini tidak memiliki dasar dalam syariah bahwa riwayat ini shahih dan tidak maudhu' (palsu). Hadits Isra' dan Mi'raj banyak dan diketahui para ulama, diriwayatkan oleh pemilik Dua Sahih (Bukhari-Muslim), Sunan dan Musnad, dan tidak ada yang seperti ini di dalamnya."

Dalam hadits riwayat Bukhari-Muslim kita mendapatkan riwayat Nabi SAW yang mengajari Ibnu Mas'ud lafadz tahiyat yang dibaca saat duduk tasyahud, namun tidak ada hubungannya dengan Isra-Mi'raj.

***

Bila kekebasan berimajinasi dalam sains tidak memiliki konsekuensi yang serius selain 'terlalu Hollywood'---plus masih bisa bersembunyi di balik mantra absolutely state of the art---maka lain halnya bila sudah berurusan dengan agama. Setidaknya, bila sudah dikaitkan dengan Nabi SAW, maka akan berhadapan dengan para ahli riwayat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun