Kisah indah atau romansa yang memesona boleh jadi hanya sebatas angan. Bukan tidak untuk menjadi nyata disebabkan kemustahilannya. Hanya saja, ia memang tidak berasal dari sebuah kenyataan. Ia murni hasil dari sebuah ciptaan angan. Sosok Camellia, dalam tetralogi Ebiet G. Ade, termasuk salah satunya.Â
Keindahan kisah seperti halnya Camellia tidak hanya dalam dunia romansa. Sains dan agama juga tidak luput dari sentuhan kreativitas manusia. Film Interstellar (2014), misalnya, meminjam kata-kata Karl Tate dalam The Science of 'Interstellar' Explained (Infographic) di laman Space:
"Film Interstellar mengandalkan sains nyata untuk banyak visualnya yang menakjubkan. Fisikawan Kip Thorne, seorang ahli black hole (lubang hitam) dan wormhole (lubang cacing), memberikan dasar matematika sehingga para seniman efek khusus bisa mengubahnya menjadi sebuah keajaiban film."
Betapa tidak, kebebasan berimajinasi ala dunia perfilman telah membuat sains seakan telah mewujudkannya, sebagaimana kata-kata Jessica Bajer dalam Interstellar Ending, Explained: What Happens & What It Means:
"Bisa dibilang pemandangan yang paling unik dan luar biasa, baik secara visual maupun ilmiah, adalah dengan tesseract. Penafsiran dimensi kelima ini telah dijelaskan tidak hanya akurat secara ilmiah terhadap apa yang berpotensi terjadi jika seseorang memasuki lubang hitam, kalau menurut Gizmodo, bahkan juga memungkinkan kita untuk lebih memahami konsep ruang-waktu. Meskipun sepertinya Cooper berakhir di tesseract di tangan makhluk luar angkasa, kenyataannya adalah kemungkinan besar manusia masa depan yang mengirim Cooper melalui tesseract untuk menyelamatkan masa depan umat manusia. Manusia ini membangun ruang ini agar Cooper memahami apa yang sedang terjadi dan menyampaikan informasi penting kepada Murphy melalui kode Morse melalui rak bukunya."
Seperti halnya Camellia, apa yang terjadi dalam film Interstellar benar-benar baru sebatas angan---meski didasarkan pada sains. Hadirnya fisikawan sekaliber Kip Thorne sebagai konsultan sains memastikan lurusnya film ini secara kaidah sains. Bahkan ia sampai mengarang buku The Science of Interstellar. Â Namun, bagaimanapun ini baru sebatas angan. Sekali lagi bukan karena mustahilnya untuk terjadi melainkan karena memang sejauh ini belum terjadi. Sebuah kisah yang 'nyaris' indah.Â
***
Cukup untuk sains sampai di sini. Saya akan berpindah ke masalah agama, yaitu tentang mi'rajul mu'minin dan tahiyat.
Sebagian dari kita tentu akrab dengan kata-kata yang penuh makrifat bahwa ash-shalatu mi'rajul mu'min---shalat adalah mi'rajnya orang-orang beriman. Bukan hal yang sulit untuk menerima betapa benarnya perkataan ini. Betapa tidak, shalat adalah satu-satunya praktik ibadah perintahnya diturunkan kepada Nabi Muhammad saw saat beliau menjalani peristiwa ruhani, Isra'-Mi'raj sebagaimana masyhur dikutip dari Ibnu Katsir:
"Pada malam Isra'-Mi'raj, tepatnya satu setengah tahun sebelum hijrah, Allah mewajibkan shalat lima waktu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian secara berangsur, Allah terangkan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, serta hal-hal yang berkaitan dengan shalat."