Satu catatan kecil perlu disematkan di sini. Bentuk peribadatan shalat sudah ada jauh sebelum peristiwa Isra'-Mi'raj. Hanya saja prosesi shalat sebagaimana sampai kepada kita sekarang bermula dari sini.
Shalat juga adalah ibadah yang paling mendekatkan seorang hamba terhadap Penciptanya. Sebuah hadits masyhur yang diriwayatkan Muslim menegaskan: "Keadaan paling dekat seorang hamba dari Rabb-nya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa (di dalamnya)."
Konon, Hasan Bashri berkenaan dengan keutamaan shalat berkata: "Barangsiapa yang ingin Allah berbicara kepadanya, maka bacalah Al-Qur'an; dan barangsiapa yang ingin berbicara dengan Allah, maka shalatlah."
Bukan hanya itu saja, masih berkenaan dengan shalat ada kisah yang beredar luas bahwa bacaan tahiyyat adalah dokumentasi dialog Nabi Muhammad saw dengan Allah SWT yang terjadi dalam peristiwa Mi'raj. Dari sekian banyak tulisan yang bertebaran, saya nukil tulisannya Nasrullah Ainul Yaqin yang berjudul Tahiyat Akhir, Dialog Rasulullah dan Allah Secara Langsung:
"Setelah mengalami hal itu, dia mengisyaratkan kepada Nabi saw. agar mengucapkan salam ketika sampai di maqam khithab (tempat pertemuan antara Allah swt. dengan Rasulullah saw.) Ketika Nabi saw. sampai di maqam khithab, beliau langsung memanggil salam seraya berkata, 'at-tahiyyatul mubarakatus shalawatut thayyibatu lillah (seluruh kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah sepenuhnya milik Allah).'
Allah swt. langsung menjawab salam Nabi saw. tersebut seraya berkata, 'as-salam 'alaika ayyuhan nabiyyu wa ramatullahi wa barakatuh (kesejahteraan, kasih-sayang, dan keberkahan Allah untukmu, wahai Nabi).'
Mendengar jawaban Allah swt. itu, Nabi saw. ingin hamba-hamba Allah yang saleh mendapat bagian dari pertemuan agung tersebut seraya berkata, 'as-salam 'alaina wa 'ala 'ibadillahish-shalihin (kesejahteraan atas kami dan hamba-hamba Allah yang saleh).'
Mendengar percakapan agung tersebut, seluruh penghuni langit dan bumi sama-sama bersaksi seraya berkata, 'asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna muhamadar rasulullah (aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah).'"
Demikian tulis Nasrullah yang menurutnya dikutip dari kitab Syarh Kasyifah as-Saja. Saya akan memberi keleluasaan bagi pembaca untuk membacanya tanpa gangguan.
Kembali, seperti halnya Camellia, nampaknya kita harus menerima kenyataan bahwa ternyata redaksi ash-shalatu mi'rajul mu'minin tidak terkonfirmasi memiliki transmisi yang sampai kepada Nabi Saw. Jadi kata-kata indah lagi penuh hikmah tersebut bukanlah hadits. Namun, kita tidak bisa mengingkari betapa benarnya kandungan hikmahnya. Tidak ada satu pun kaidah dan ajaran agama yang terlanggar olehnya. Hanya saja kata-kata itu sejauh ini belum terbukti bersumber dari ucapan Nabi saw.
Redaksi Islam Web menurunkan kupasan dengan judul Ash-Shalatu Mi'rajul Mukmin Bukan Hadits Nabi: