Dan itu membawa saya pada sebuah konsep yang ingin saya bagikan kepada Anda, yang saya sebut The Pallette of Being. Karena kita semua dilahirkan ke dalam kehidupan ini dengan memiliki pengalaman kemanusiaan yang telah datang sejauh ini. Kita biasanya hanya mampu melukis dengan pola-pola pikiran dan cara-cara menjadi yang ada sebelumnya. Jadi, jika piano dan cara memainkannya adalah cara menjadi, ini adalah cara menjadi yang tidak ada bagi orang-orang 5.000 tahun yang lalu. Itu adalah warna dalam palet keberadaan yang tidak bisa Anda lukis."
Melalui gambaran sejarah piano inilah Tom Chi menyadarkan kita bahwa kita secara pemikiran pun kita saling terhubung, seperti halnya degup jantung dan helaan nafas kita melalui The Story of Heart dan The Story of Breath. Kita adalah kompilasi dari warna-warna dalam palet yang melukiskan keberadaan kita.
"Saat ini, jika Anda lahir, Anda sebenarnya bisa mempelajari keterampilan; Anda bisa belajar menjadi ilmuwan komputer, warna lain yang tidak tersedia beberapa ratus tahun yang lalu. Dan hidup kita benar-benar indah karena alasan berikut ini. Kita terlahir ke dalam kehidupan ini. Kita memiliki kemampuan untuk membuat lukisan yang unik ini dengan warna-warna yang ada di sekitar kita pada saat kelahiran kita. Tetapi dalam proses kehidupan, kita juga memiliki kesempatan unik untuk menciptakan warna baru. Dan itu mungkin datang dari penemuan hal baru: Mobil yang bisa berjalan sendiri; piano; komputer. Mungkin berasal dari cara Anda mengekspresikan diri Anda sebagai manusia.
Mungkin berasal dari karya seni yang Anda ciptakan. Setiap cara keberadaan ini, hal-hal yang kita keluarkan ke dunia melalui proses kreatif pencampuran bersama. semua hal lain yang ada pada saat kita dilahirkan, memungkinkan kita untuk memperluas Palet Keberadaan untuk semua masyarakat setelah kita. Dan ini membawa saya ke cara yang sangat sederhana untuk membingkai semua yang telah kita bicarakan hari ini."
Nah, kata palet inilah yang membunyikan kembali lonceng ingatan akan pengalaman menggunakan palet saat SMP itu. Hanya saja kali ini nuansanya berbeda. Sangat filosofis. Jauh dari kesan traumatis. Untuk pertama kalinya saya merasa nyaman dengan palet.
Sebuah Renungan Mendalam
Menutup paparannya, Tom Chi membuat refleksi yang begitu mendalam. "Saya pikir banyak dari kita memahami bahwa kita ada di alam semesta yang luar biasa ini, tetapi kita berpikir tentang alam semesta ini sebagai kita adalah hal yang kecil dan tidak penting, ada alam semesta ragawi yang sangat besar ini, dan di dalamnya ada biosfer, dan di dalamnya ada masyarakat, dan di dalam diri kita, kita hanya satu orang dari tujuh miliar orang, dan bagaimana kita bisa berarti? Dan kita berpikir tentang hal ini seperti hubungan wadah, di mana semua kebaikan datang dari luar ke dalam, dan tidak ada yang benar-benar istimewa tentang kita," ungkapnya.
"Tetapi Palet Keberadaan mengatakan sebaliknya. Dikatakan bahwa cara kita berada dalam kehidupan kita, cara kita memengaruhi teman dan keluarga kita, mulai mengubah cara mereka dapat melukis di masa depan, mulai mengubah cara masyarakat kemudian memengaruhi masyarakat, cara masyarakat kemudian dapat memengaruhi hubungannya dengan biosfer, dan cara biosfer kemudian dapat memengaruhi planet fisik dan alam semesta itu sendiri.
Dan jika itu adalah hal yang mungkin bagi cyanobacteria untuk sepenuhnya mengubah lingkungan fisik planet kita, itu benar-benar hal yang mungkin bagi kita untuk melakukan hal yang sama. Dan ini mengarah pada pertanyaan yang sangat penting untuk cara kita akan melakukan itu, cara di mana kita akan melakukan itu. Karena kita telah diberi karunia kesadaran yang menakjubkan ini. Dan karena karunia ini, kita memiliki kemampuan untuk memahami keterhubungan kita secara mendalam, dengan cara yang belum pernah kita lihat hewan lain memiliki kesempatan untuk melakukannya."
Kejutan dan letupan reflektif bertebaran di sana-sini. Tak hanya sampai di situ, sebuah punch line Tom Chi sampaikan menutup paparannya, "Jadi, saya ingin kita semua berkumpul bersama dengan pengetahuan ini dan memahami kebenaran tentang bagaimana alam semesta ini bahwa karena jantung, napas, dan pikiran kita terhubung dengan cara ini, maka kita perlu menantang diri kita sendiri untuk memahami apa tujuan hidup kita dalam kenyataan ini," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H