Lalu Chi melanjutkan bagaimana proses yang begitu pelan dan panjang tersebut sampai kepada keberadaan kita, manusia, makhluk yang berkesadaran tinggi ini:
"Keturunan langsung dari cyanobacteria akhirnya ditangkap oleh tanaman. Dan mereka sekarang disebut kloroplas. Jadi ini adalah zoom-in dari daun tanaman---dan kita mungkin makan beberapa dari mereka hari ini---di mana banyak sekali kloroplas kecil masih terperangkap, menyumbangkan fotosintesis dan membuat energi untuk tanaman yang terus menjadi separuh paru-paru kita di bumi. Dan dengan cara ini, nafas kita sangat menyatu. Setiap nafas-keluar dicerminkan oleh nafas-masuk pada tanaman, dan nafas-keluar mereka dicerminkan oleh nafas-masuk kita."
Begitulah Chi menjelaskan bagaimana kita saling terhubung antara satu dan lainnya di bawah biosfer---bahkan semesta ini. Dan Cynobacteria mengajari kita perlunya ketekunan. Atau, kebermanfaatan, untuk lebih umumnya lagi.
The Pallete of Being
Chi mengajak kita bertafakur. Membayangkan bila kita menjadi Cynobacteria yang hidup 2 miliar tahun lalu. Kita terlahir dan kemudian mati hanya dalam hitungan beberapa minggu.
"Dan Anda merasa seperti: 'Yah, tidak ada yang benar-benar berubah.' Maksud saya, saya tidak punya tujuan dalam hidup ini. Sepertinya, dunia yang saya datangi sama persis dengan dunia yang saya tinggalkan. Tetapi apa yang tidak akan Anda pahami adalah bahwa setiap napas yang Anda ambil berkontribusi pada kemungkinan kehidupan yang tak terhitung jumlahnya setelah Anda - kehidupan yang tidak akan pernah Anda lihat, kehidupan yang kita semua menjadi bagian dari hari ini. Dan patut dipikirkan bahwa mungkin makna kehidupan kita sebenarnya bahkan tidak berada dalam lingkup pemahaman kita. Karena itu benar bagi setiap organisme ini, dan mungkin juga benar bagi kita."
Inilah poin refleksi mendalam kita tentang bagaimana kita seharusnya menjalani kehidupan ini. Untuk menguatkan, Chi kemudian mengajak kita belajar dari sejarah terciptanya piano. Sebuah instrumen yang begitu Baratnya, sehingga memberikan prestise tersendiri bagi yang menguasainya. "...Saya memiliki hubungan yang baik dengan piano. Terima kasih kepada ibu saya yang telah memberikan pelajaran piano sangat awal. Saya pikir Anda harus bila Anda orang Asia," selorohnya.
"Tetapi hal yang indah tentang alat musik ini adalah, alat musik ini begitu bernuansa dan begitu bertekstur dan begitu kompleks, dan begitu banyak keindahan yang dapat diciptakan darinya, sehingga orang dapat berkarier secara keseluruhan, mereka dapat bermain alat musik ini seumur hidup. Musisi profesional, pianis konser mengenal alat musik ini secara mendalam, secara intim. Dan melalui alat musik ini, mereka mampu menciptakan suara dengan cara yang memukau kita, dan menantang kita, dan memperdalam kita.
Tetapi jika Anda melihat ke dalam pikiran seorang pianis konser, dan Anda menggunakan semua cara modern untuk mencitrakannya, hal yang menarik yang akan Anda lihat adalah berapa banyak otak mereka yang sebenarnya didedikasikan untuk instrumen ini. Kemampuan untuk mengkoordinasikan sepuluh jari. Kemampuan untuk bekerja dengan pedal. Perasaan dari suara. Pemahaman teori musik. Semua hal ini direpresentasikan sebagai pola dan struktur yang berbeda di otak.
Dan sekarang setelah Anda memiliki pemikiran itu dalam benak Anda, ketahuilah bahwa pola dan struktur pikiran yang indah di otak ini tidak mungkin terjadi bahkan hanya beberapa ratus tahun yang lalu. Karena piano belum ditemukan sampai tahun 1700. Pola pikiran yang indah di otak ini tidak ada 5.000 tahun yang lalu.
Dan dengan cara ini, keterampilan piano, hubungan dengan piano, keindahan yang berasal dari piano bukanlah pemikiran yang dapat dipikirkan sampai sangat, sangat baru dalam sejarah manusia. Dan penemuan piano itu sendiri bukanlah sebuah pemikiran yang berdiri sendiri. Hal ini membutuhkan kedalaman teknik mesin. Diperlukan sejarah alat musik gesek. Diperlukan begitu banyak pola dan struktur pikiran yang mengarah pada kemungkinan penemuannya dan kemudian kemungkinan penguasaan permainannya.