Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Golongan Petani Berdasarkan Penerimaannya pada Inovasi

30 Juli 2023   06:00 Diperbarui: 30 Juli 2023   19:26 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani saat panen padi (Dokpri)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, penyuluhan pertanian merupakan  bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. 

Penyuluhan pertanian sebagai upaya yang bertujuan untuk mendidik, membina, dan mendampingi petani beserta keluarganya dalam meningkatkan standar kehidupannya melalui kemampuan mereka sendiri. 

Tujuan utamanya cukup jelas yaitu untuk mempengaruhi perilaku petani dan keluarganya agar lebih terbuka dalam menerima hal-hal baru. Namun, tidak semua petani memiliki kemampuan untuk menerima perubahan tersebut dengan cepat. 

Melalui kegiatan penyuluhan pertanian, ketika petani mulai menerima dan mengaplikasikan pengetahuan barunya, maka dalam hal ini terjadi proses mental dalam diri petani. Proses mental inilah yang disebut sebagai adopsi.

Proses adopsi merupakan proses perubahan perilaku setelah mendapatkan inovasi berupa pengetahuan dan keterampilan baru selama kegiatan penyuluhan. 

Setiap proses adopsi diawali dengan proses komunikasi antara penyuluh dan petani dalam menyampaikan inovasi. Inovasi dalam hal ini diartikan sebagai hal-hal baru baik pengetahuan maupun keterampilan.

Sehingga proses adopsi inovasi diartikan sebagai proses penerimaan terhadap hal-hal baru. Proses Perubahan tersebut tidak hanya sebatas mengerti atau paham, melainkan sampai benar-benar mengaplikasikannya dan berimplikasi positif bagi kehidupan petani dan keluarganya.

Menurut Rogres (1962) terdapat lima tahapan dalam proses adopsi inovasi yaitu sadar, minat, evaluasi, mencoba, dan adopsi. Setiap tahapan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor pribadi seperti pendidikan, akses kontak dengan informan, tingkat kebutuhan, tujuan dari usaha taninya, keterampilan spesifik dan keberanian dalam menanggung resiko. 

Faktor lingkungan petani sasaran juga sangat mempengaruhi kemampuan adopsi inovasi contohnya media komunikasi, kelompok masyarakat, faktor alam, strata sosial, dan faktor-faktor harga dan input pertanian.

Penting bagi penyuluh dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh harus benar-benar mengetahui karakter petani sasarannya berdasarkan pola adopsi inovasinya. 

Berikut lima golongan petani berdasarkan penerimaanya pada inovasi, mengutip Modul Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian, Universitas Terbuka.

1. Pelopor Atau Inovator

Petani yang masuk dalam golongan pelopor atau inovator biasanya merupakan petani yang paling cepat untuk mengadopsi suatu inovasi. Setiap ada pengetahuan dan keterampilan baru yang disampaikan oleh penyuluh, petani pelopor selalu cepat memahaminya. Bahkan lebih aktif dibandingkan penyuluh.

Dalam suatu wilayah atau perkumpulan, petani pelopor jumlahnya tidak banyak, umumnya petani yang memiliki kecerdasan dan wawasan luas, terampil, melek teknologi informasi, sumber daya pertanian yang cukup, kaya, dan pola pikir maju. Memiliki usia setengah baya atau empat puluh tahunan.

Petani pelopor selalu memiliki inovasi sendiri dalam pengaplikasian teknik budidaya tanaman pertaniannya dan tidak takut bertentangan dengan metode yang disampaikan penyuluh. Cenderung kritis dan eksklusif, memiliki akses luas ke instansi pemerintah terkait, perusahaan pupuk dan obat serta perguruan tinggi dalam pelaksanaan demo produk dan teknologi terbaru.

2. Penerap Dini Atau Early Adopter

Petani golongan penerap dini memiliki kemampuan adopsi inovasi lebih cepat dibandingkan golongan petani penerap awal, penerap akhir dan penolak. Jumlahnya pun tidak sebanyak petani golongan lainnya, namun lebih banyak daripada golongan pelopor.

Selain itu, petani golongan penerap dini umumnya memiliki faktor-faktor produksi yang memudahkannya untuk mengaplikasikan inovasi. Contohnya alat-alat mesin pertanian dan sumber daya lahan yang luas.

Petani penerap dini dinilai juga cukup aktif dimasyarakat sehingga menjadikan golongan petani ini pemimpin yang ideal berwawasan luas dan mudah bekerja sama dengan instansi-instansi terkait.  Biasanya memiliki usia 25 sampai 40 tahun dan memiliki pendidikan yang lebih tinggi di wilayahnya.

3. Penerap Awal Atau Erly Majority

Ciri-ciri dari petani golongan penerap awal adalah lamban dalam menerima inovasi, namun, mudah terpengaruh jika hal-hal baru tersebut nampak meyakinkan.

Memiliki pendidikan dan wawasan pengetahuan yang cukup serta tingkat sosial ekonomi sedang. Memiliki usia di atas 40 tahun dan cenderung enggan keluar dari zona nyaman.

Golongan ini di masyarakat biasanya menjadi tokoh, sehingga tidak mudah gegabah menerima hal-hal baru. Cukup serius dalam menghitung kelebihan dan kekurangan setiap datang inovasi. Jika petani golongan penerap awal sudah bertitah, tidak sedikit petani golongan penerap akhir dan penolak akan mengikutinya.

4. Penerap Akhir Atau Late Majority

Golongan ini merupakan golongan petani yang paling lambat dalam menerima hal-hal baru. Setiap inovasi yang datang tidak disambut dengan suka cita, cepat, dan tanggap, seringkali diabaikan terlebih dahulu dan menganggapnya tidak penting.

Petani yang masuk golongan ini, dikategorikan petani yang memiliki usia di atas 45 tahun, keadaan ekonomi kelas bawah, pendidikan kurang, serta rendah dalam penerapan inovasi baru.

Apabila inovasi yang disampaikan cukup bukti berhasil dan meyakinkan, golongan petani ini baru mulai menerapkannya.

5. Penolak Atau Laggard

Golongan yang tidak mau menerima inovasi dan menolak mentah-mentah setiap inovasi datang. Cenderung kolot, keras, dan berpikir stagnan. Cukup sulit untuk masuk dan melakukan komunikasi efektif pada golongan ini, apalagi merubah perilakunya.

Golongan pasif dan tidak menyukai perubahan, hanya meyakini apa yang dilakukannyalah yang paling benar. Kebiasaan-kebiasaan lama yang turun temurun tidak ada pembaharuan. Umumnya memiliki usia di atas 60 tahun.

Setiap golongan petani, memiliki pola komunikasinya masing-masing. Sehingga penting sekali bagi penyuluh untuk mengetahui pola komunikasi tersebut. 

Agar pendekatan yang dilaksanakan sesuai dan mampu merubah pola pikir serta perilaku petani. Tujuan akhirnya adalah pembangunan berjalan dengan baik dan taraf hidup mereka meningkat.

Sumber :

Harijati, Sri. dkk. 2016. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian (Edisi 2). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun