Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Daya Juang Pegiat Porang Pasca Ekspor Bahan Mentah Dilarang

25 Juli 2023   06:00 Diperbarui: 25 Juli 2023   18:22 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Komoditas porang perlu diolah lebih lanjut dan dipasarkan secara ekspansif ke pasar dalam negeri, sehingga pangsa pasarnya tidak menyasar ke luar negeri saja. Apalagi porang memiliki kandungan yang lebih daripada beras. Ke depan NFA akan mendukung promosi dan edukasi ke masyarakat tentang porang ini," ujar Andriko dalam keterangan tertulis, saat menghadiri pelepasan ekspor porang di Pasuruan, Kamis (20/7/2023).

Nilai ekspor porang tahun 2020 mencapai Rp 548,79 miliar atau setara dengan  30,1 ribu ton. Turun drastis menjadi 6 ribu ton pada tahun 2021 senilai Rp 275,30 miliar.

Turunnya nilai ekspor porang ini karena adanya larangan ekspor bahan mentah berupa umbi porang. Karena selama ini hampir 100 persen umbi porang di ekspor ke China, Jepang, Vietnam hingga Eropa.

Harga Porang Di Petani Anjlok

Tangkapan Layar Grup Porang FB (Dokpri)
Tangkapan Layar Grup Porang FB (Dokpri)

Awal booming porang di tahun 2018 hingga 2020 harga porang di tingkat petani bisa mencapai Rp.10,000 per kilogram. Biaya pemeliharaan yang rendah, produktifitas yang tinggi, porang menghipnotis banyak orang untuk membudidayakannya.

Sebanding dengan harga benih porang yang tinggi, per kilogramnya untuk benih katak super bisa mencapai Rp.300,000 per kilogram sedangkan benih dari umbi mencapai Rp.150,000 per kilogram. Pendapatannya-pun kala itu porang amatlah menggiurkan.

Namun, miris sejak 2021, dampak larangan ekspor bahan mentah berupa umbi porang, harga di tingkat petani berangsur-angsur menurun. Dari Rp. 7,000, turun Rp. 5,000, hingga per hari ini hanya sekitar Rp.2,000 hingga Rp. 3,500 per kilogram.

Padahal banyak petani yang tanam porang saat harga benih masing cenderung tinggi. Akhirnya banyak petani yang enggan memanen umbi porang atau menunda untuk memanennya. Meski tidak sedikit pula yang tetap memanennya dan menjualnya dengan harga rendah, sehingga merugi.

Seperti yang disampaikan oleh Suharmadi, Petani Porang asal Temanggung yang terpaksa menunda menanen umbi porangnya sejak tahun 2022.

"Mau dipanen ya rugi harganya cuma laku Rp. 2,000 per kilogram, gak sesuai dengan biaya tenaga kerja cabutnya. Ya udah biarin aja di dalam tanah", Ujar Suharmadi kepada penulis.

Penolakan Negara Tujuan Eskpor Produk Turunan Porang Indonesia

Chips Porang (Dokpri)
Chips Porang (Dokpri)
Dampak larangan ekspor bahan mentah porang, tidak hanya dirasakan oleh petani saja, melainkan juga eksportir porang di seluruh Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun