Pengembangan padi mentik wangi di Indonesia lebih banyak di Provinsi Jawa Tengah dan sebagian Jawa Barat. Di Jawa Tengah sentra padi mentik wangi seperti di Purworejo dan Magelang, di Jawa Barat sentra mentik wangi adalah di Indramayu dan Sumedang.
Padi mentik wangi merupakan salah satu alternatif pengganti padi pandan wangi, memiliki aroma wangi dan kualitas yang tidak kalah dari pandan wangi.Â
Dengan harga gabah yang selisih Rp.300 hingga Rp.700 dibawah pandan wangi Cianjur, dan umur panen yang hanya 90 sampai 100 hari setelah tanam, namun di daerah lain juga bisa mencapai 110 sampai 120 hari setelah tanam.
Padi mentik wangi sering dijuluki sebagai padi Jepang dari Indonesia, karena diklaim memiliki kualitas dan cita rasa seperti padi Japponika Jepang. Digolongkan juga sebagai padi indikasi geografis.
4. Sintanur
Memiliki ciri fisik yang hampir menyerupai padi mentik wangi, padi sintanur dianggap sebagai "saudara" dari padi mentik wangi. Memiliki umur panen 120 hari, dengan tinggi tanaman 120 cm. Produktivitas per hektare bisa mencapai 6 ton.Â
Untuk memenuhi permintaan padi aromatik di Indonesia, sebagai pengganti padi pandan wangi, padi mentik wangi dan sintanur banyak dikembangkan secara luas di Indonesia terutama di pulau Jawa.Â
Mayoritas permintaan padi aromatik di Indonesia, dipenuhi dari padi mentik wangi dan sintanur dari Jawa Tengah sebagai sentranya.
5. Bawor atau NA-178
Pendatang baru padi aromatik dari Indramayu, Jawa Barat yaitu bawor atau NA-178 (belum ada nama resmi). Dikembangkan sejak 2018 oleh petani pemulia padi Indramayu, dan secara luas dibudidayakan sejak 2019-2020 untuk memenuhi kebutuhan pasar beras aromatik khusus di wilayah DKI Jakarta.
Memiliki umur panen 85 sampai dengan 95 hari setelah tanam, tinggi tanaman 115 cm, produktivitas mencapai 7 ton per hektare, padi bawor atau NA-178 menjelma sebagai primadona baru dalam dunia padi aromatik di Indonesia.Â