Ponsel disiapkan untuk mengabadikan momen paling bersejarah dalam hidup mereka, merekam setiap sisi dari puncak Mahameru dan memotret raut muka yang tak kuat menahan haru.
Sungguh agung ciptaan-Nya. 3 jam lebih mereka menikmati puncak, meninggalkanku dengan sejuta penyesalan karena tak mampu lagi melanjutkan hingga puncak sekalipun tinggal beberapa langkah saja.
Tak butuh waktu lama, untuk turun. Sesampainya kembali di Kalimati, semua dari kami mengistirahatkan tubuh. Sekalipun terkaget, mendapati pipi Ridwan yang bengkak seperti makan bakso kabut bulat-bulat.
Ini adalah hari ke-dua , perjalanan pulang dimulai, bermalam sejenak di Ranu Kumbolo bergabung kembali dengan Rio, Leo, Arum dan Fini sekaligus menikmati keindahan alam Ranu Kumbolo.
Masak bareng dengan panduan chef Haris dan Arum, di balik dinginnya petang di Ranu Kumbolo. Setelah shalat isya, tak ada lagi suara terdengar dari luar tenda, semuanya sudah mengistirahatkan dirinya dalam tenda, suasana dingin mendukung untuk segera tidur dalam hangatnya sleeping bag.
Pagi hari, embun upas menyelimuti permukaan tenda, sepatu dan tas. Matahari terbit di antara dua bukit  lembah Ranu Kumbolo yang indah.
Waktunya kembali pulang
Hingga waktu yang tak diharapkan datang, matahari semakin meninggi, memaksa segera berkemas dan pulang. Ranu Kumbolo yang menakjubkan, akan terus membuat rindu.
Terlebih misteri puncak Mahameru yang selalu membuat candu, tak akan pernah terlupakan. Berharap suatu saat, dapat “ bertamu “ kembali dalam kesempatan yang berbeda bersama pasangan, buah hati ataupun keluarga.