Pukul 16.04 WIB perjalanan dilanjutkan menyisakan 11 anak muda. Tanjakan cinta yang amat sangat curam, Oro-oro Ombo yang luas dan menakjubkan, serta Cemoro Kandang dengan pepohonan yang rindang mengiringi langkah di semakin gelapnya hari.
Di tengah perjalanan, kondisi fisik Dhani dan Ridwan menurun. Berburu dengan waktu, langkah yang lelah tak menghentikan diri. Sesampainya di Kalimati, 3 tenda didirikan untuk mengistirahatkan diri sebelum tengah malam melanjutkan perjalanan ke tujuan utama yaitu puncak Mahameru.
Lagi-lagi mie instan dan energen hangat buatan Haris yang menjadi andalan untuk mencukupi nutrisi. Angin malam yang terus berhembus, memaksa dingin  menerobos sleeping bag dalam tenda, membuat tubuh kedinginan hebat.
Suara riuh dari tenda-tenda lain membangunkan, menandakan tengah malam telah tiba. Perjalanan menuju summit Mahameru dimulai, menyisakan 9 anak, tanpa Dhani dan Ridwan.
Cukup ramai, karena medan yang dilalui cukup terjal dan sempit, apalagi sesampainya di batas vegetasi, medan berpasir, embet kalau kata orang jawa, sempit, kanan kiri jurang, sangat menyita tenaga.
Hipotermia dan arti kesetiakawanan, antara ego dan solidaritas.
Angin yang berhembus kencang, dingin yang semakin pagi semakin mencekam, membuat potensi hipotermia terjadi. Sedikit lagi mendekati puncak, fisik ini sudah tak memungkinkan lagi untuk melanjutkan, kedinginan yang hebat membuat teman-teman mendekap tubuhku cukup lama.
Disinilah arti pertemanan sesungguhnya tergambarkan. Mereka rela menghentikan langkah kakinya cukup lama, hingga matahari terbit hanya untuk menghangatkanku. Terlihat raut kesal dan lelah dari muka mereka, namun kesetiakawanan mengalahkan segala rasa negatif itu.
Mentari mulai menampakkan diri, keramaian puncak sudah mulai terlihat. Mereka mulai berani melanjutkan perjalanan menuju puncak, tanpaku. Perlahan namun pasti, ditengah menyengatnya sinar matahari, 8 anak muda siap mengukir sejarah terhebat dalam hidupnya, membuat bangga anak cucu mereka dimasa yang akan mendatang.
Mahameru, Puncak Segala Rasa Yang Terbayarkan, Tapi Tidak Denganku
Sesampainya di puncak, segala rasa tercipta, haru, bangga, lelah, dan tak percaya, terbalut dalam rasa lega yang begitu mendalam. Sang merah putih yang berkibar di puncak Mahameru menjadi saksi perjalanan jiwa muda yang tak pernah padam. Menjadi obat termujarab untuk menghilangkan segala lara.