Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nasib Beras yang Mulai Kalah Pamor dari Gandum

12 Agustus 2022   17:00 Diperbarui: 27 Agustus 2022   05:39 1549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roti Gandum (Sumber: Lifepal)

Surplus beras periode 2019 sampai dengan Juni 2022 membuat ketersediaan stok beras nasional aman dan cukup terkendali.

Hal ini, dibenarkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis data bahwa cadangan beras nasional (SCBN) 2022 hingga Juni 2022 mencapai 9.71 juta ton.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M habibullah menyampaikan adanya surplus beras ini, Indonesia dikatakan sudah swasembada beras.

"Hasil SCBN22 telah mengkonfirmasi posisi surplus beras periode 2019 sampai dengan Juni 2022 dengan menggunakan KSA BPS. Stok beras kita mencukupi dan akan terus bertambah seiring dengan adanya panen tiap bulan hingga akhir Desember 2022. Indonesia Swasembada Beras" Jelasnya.

Di tengah sorak Indonesia swasembada beras, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB university, Profesor Dwi Adreas Santoso menyampaikan swasembada beras terjadi disaat peningkatan produksi beras yang minim bahkan turun.

"Produksi tahun 2020 di saat terjadi La Nina hanya naik 0.09 persen, tahun 2021 justru turun 0.42 persen. Ini perlu menjadi catatan penting", ujarnya.

Prof Dwi memaparkan, situasi harga beras stabil di kala kenaikan produksi beras  minim bisa jadi dimaknai sebagai adanya diversifikasi pangan lokal.

"Tapi, penyebabnya itu ternyata adalah gandum. Ini yang luar biasa peningkatan impornya. Apa betul ada diversifikasi pangan (lokal)?, tanyanya.

Merujuk data BPS, produksi beras nasional tahun 2020 mencapai 31.5 juta ton, sedangkan 2021 hanya 31.36 juta ton.

Harga gabah kering panen  (GKP) periode 2019-2020 di provinsi sentra beras, dikisaran Rp. 4.500 per kilogram sampai dengan Rp. 5.100 per kilogram.

Namun, periode 2021 justru anjlok kisaran Rp. 3.900 per kilogram sampai dengan Rp. 4.953 per kilogram. Sedangkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras nasional tidak mengalami kenaikan sejak tahun 2017.

Gandum Semakin Digemari

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor gandum dan meslin Indonesia mencapai 4.36 juta ton sepanjang Januari hingga Mei 2022.

Tahun 2020 Indonesia menjadi importir gandum terbesar di dunia dengan total impor sebanyak 10.29 juta ton. Naik menjadi 11.7 juta ton pada tahun 2021.

Anehnya, konsumsi beras perkapita justru menunjukkan tren penurunan setiap tahunnya.

Tahun 2007 rata-rata konsumsi perkapita seminggu beras 1,740 kg, turun menjadi 1,631 kg di tahun 2015, dan terus turun di tahun 2021 diangka 1,569 kg.

Sebaliknya, tren kenaikan konsumsi gandum perkapita menunjukkan pada angka yang mengkawatirkan.

Departemen Pertanian US (USDA) memprediksi konsumsi tepung terigu di Indonesia periode tahun 2020/2021 naik menjadi 32 kg per kapita dibandingkan tahun 2019/2020 yang sekitar 31 kg per kapita.

"Dan, ini tergantikan gandum. Dalam 12 tahun terakhir, konsumsi gandum naik posisinya dari 18.3% di tahun 2010 menjadi 27% saat ini, itu terhadap konsumsi pangan masyarakat. Konsumsi beras turun", kata Prof Dwi.

Roti Gandum (Sumber: Lifepal)
Roti Gandum (Sumber: Lifepal)

Masyarakat Indonesia banyak mengkonsumsi olahan gandum berupa mie instan, mie dan roti.

BPS mencatat konsumsi tepung terigu periode September tahun 2015-2019 per kapita 0,16 kg, 0,17 kg, 0,20 kg, 0,21 kg dan 0,20 kg.

Mie instan 4,07 bungkus, 3,81 bungkus, 3,63 bungkus, 3,76 bungkus, dan 3,47 bungkus ukuran 80 gram per bulan.

Kini, dampak perang Ukraina dan Rusia, distribusi gandum dunia mengalami perlambatan, akibatnya harga gandum naik signifikan.

Indonesia sebagai negara importir gandum, harus berjibaku mencari alternatif negara yang bersedia mengekspor gandumnya ke Indonesia.

Padahal saat ini Indonesia sudah dikatakan swasembada beras nasional. Tetapi hegemoninya tidak begitu terasa, karena kalah pamor dengan gandum.

Mungkinkah 10 atau 20 tahun mendatang, beras akan tergantikan oleh gandum sebagai makanan pokok orang Indonesia?

Bagaimana nasib petani padi ke depan yang setiap musimnya selalu merugi, harga beras tetap namun operasional naik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun