Surplus beras periode 2019 sampai dengan Juni 2022 membuat ketersediaan stok beras nasional aman dan cukup terkendali.
Hal ini, dibenarkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis data bahwa cadangan beras nasional (SCBN) 2022 hingga Juni 2022 mencapai 9.71 juta ton.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M habibullah menyampaikan adanya surplus beras ini, Indonesia dikatakan sudah swasembada beras.
"Hasil SCBN22 telah mengkonfirmasi posisi surplus beras periode 2019 sampai dengan Juni 2022 dengan menggunakan KSA BPS. Stok beras kita mencukupi dan akan terus bertambah seiring dengan adanya panen tiap bulan hingga akhir Desember 2022. Indonesia Swasembada Beras" Jelasnya.
Di tengah sorak Indonesia swasembada beras, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB university, Profesor Dwi Adreas Santoso menyampaikan swasembada beras terjadi disaat peningkatan produksi beras yang minim bahkan turun.
"Produksi tahun 2020 di saat terjadi La Nina hanya naik 0.09 persen, tahun 2021 justru turun 0.42 persen. Ini perlu menjadi catatan penting", ujarnya.
Prof Dwi memaparkan, situasi harga beras stabil di kala kenaikan produksi beras  minim bisa jadi dimaknai sebagai adanya diversifikasi pangan lokal.
"Tapi, penyebabnya itu ternyata adalah gandum. Ini yang luar biasa peningkatan impornya. Apa betul ada diversifikasi pangan (lokal)?, tanyanya.
Merujuk data BPS, produksi beras nasional tahun 2020 mencapai 31.5 juta ton, sedangkan 2021 hanya 31.36 juta ton.
Harga gabah kering panen  (GKP) periode 2019-2020 di provinsi sentra beras, dikisaran Rp. 4.500 per kilogram sampai dengan Rp. 5.100 per kilogram.