Ayah Abiyasa adalah seorang Begawan (guru besar) sehingga Bisma merasa Abiyasa pantas untuk menurunkan  generasi penerus bagi kelanjutan takhta Hastinapura. Abiyasa akhirnya datang Ke Hastinapura dan menikah dengan janda Prabu Wicitrawirya. Untuk sementara Abiysa menjadi Raja di Hastinapura bergelar Prabu Kresnadipayana.
Prabu Kresnadipayana memiliki tiga orang putra: putra sulungnya dari Dewi Ambika bernama Pangeran Destarata, pangeran ini buta sejak lahirnya. Putra kedua dari Dewi Ambalika bernama Pangeran Pandu Dewanata, Pandu memiliki wajah dan warna kulit yang pucat.Â
Putra ketiga dari seorang selir yang diberi nama Pangeran Widura memiliki cacat fisik di kakinya. Bisma mengasuh dan mendidik mereka bertiga. Dari ketiganya Pandu lebih menonjol karena kepandaiannya dan kemampuan olah keprajuritan.Â
Meski berwatak lembut namun Pandu mempunyai sikap yang tegas yang kelak dibutuhkan sebagai seorang Raja sehingga setelah tiba waktunya Prabu Kresnadipayana berniat menjadi resi dan kembali ke padepokan,  Pangeran Pandu  Dewanata ditunjuk untuk menggantikan ayahnya sebagai Raja Hastinapura. Meskipun anak sulung Prabu Kresnadipayana adalah Pangeran Destarata, namun dia tidak bisa ditunjuk sebagai Raja karena buta.
Sejarah Kurawa 100 dan Pandawa Lima akan dimulai di sini. Pangeran Destarata dan Dewi Gandari akan menurunkan Kurawa 100. Pandu akan menurunkan Pandawa Lima: Yudhistira, Bima, Arjuna dari pernikahannya dengan Dewi Kunti dan si kembar Nakula dan Sadewa dari pernikahannya dengan Dewi Madrim.
Pangeran Pandu menaiki takhta Hastinapura
Ketika tiba saatnya, Â Pangeran Pandu dinobatkan menjadi Raja Hastinapura. Prabu Pandu Dewanata dikenal sebagai Raja besar yang bijaksana dan sakti. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Hastinapura mencapai masa keemasannya.Â
Prabu Pandu juga memiliki Patih yang juga sakti bernama Arya  Gandamana. Duet  Raja dan Patih ini menjadikan Hastinapura sangat disegani oleh negara-negara tetangganya dan tidak ada tindak kejahatan di Kerajaan Hastinapura.
Bisma tersenyum lega melihat Takhta Hastinapura diisi oleh orang yang tepat dan sepertinya tidak ada masalah suksesi pada generasi selanjutnya sehingga ia memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan menjadi penasihat utama kerajaan yang sewaktu-waktu dapat dimintai pendapatnya untuk kepentingan pemerintahan. Sebagai seorang Resi,Bisma lebih banyak menghabiskan waktu di padepokannya di Bukit Talkanda.
Namun takdir terkadang tidak berjalan sesuai rencana manusia, tidak lama setelah intrik Sengkuni yang merupakan adik dari Dewi Gandari mendepak Patih Gandamana keluar dari istana Hastinapura sebuah peristiwa besar terjadi, Prabu Pandu dan Dewi Madrim harus meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Geger Kerajaan Hastinapura dengan peristiwa tersebut, masa pemerintahan Pandu yang telah dikenal sebagai Raja Besar Hastinapura berlangsung teramat singkat.
Bisma turun tangan menghadap situasi yang tidak diinginkan ini dan menujuk Destarata menjadi wali negeri sambil menunggu putra sulung Pandu, Yudisthira cukup umur untuk dinobatkan menjadi raja.
Intrik di Kerajaan Hastinapura
Sengkuni menghasut Duryudana bahwa sebagai putra sulung Destarata dialah yang seharusnya paling berhak menduduki takhta. Disinilah bibit-bibit perselisihan antara Kurawa dan Pandawa mulai muncul. Â