Mohon tunggu...
Dodi Ilham
Dodi Ilham Mohon Tunggu... karyawan swasta -

1. General Secretary of Centre for National Security Studies (CNSS) Indonesia. 2. SekJend Badan Pekerja Pelaksana Agenda Rakyat (BPP-AR) Nasional. 3. CEO of Revolt Institute.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pancasila Menolak LGBT

16 Februari 2016   03:00 Diperbarui: 16 Februari 2016   06:58 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Antara Manifesto Komunis, Declaration of Independence dan Pancasila
Istilah “Pancasila” telah dikenal di Indonesia sejak zaman majapahit abad 14, yang terdapat pada buku Negara Kertagama karangan Empu Prapanca dan dalam buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Namun baru dikenal oleh bangsa Indonesia sejak tanggal 1 Juni 1945, yaitu pada saat Ir. Soekarno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara dalam sidang Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Cosakai).

Pengertian pancasila Dari Segi Etimologi (Menurut Lughatiya) adalah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta (bahasa Brahmana India) yang artinya Panca = Lima dan Sila / syila = batu sendi, ulas atau dasar. Jadi, pancasila adalah lima batu sendi atau juga dapat diartikan Panca = lima Sila / syila = tingkah laku yang baik. Sehingga utuhnya, Pancasila adalah lima tingkah laku yang baik.

Pengertian pancasila Dari segi Terminologi Istilah “Pancasila” di dalam “Falsafah Negara Indonesia” mempunyai pengertian sebagai nama dari lima dasar negara Republik Indonesia, yang pernah diusulkan oleh Bung Karno atas petunjuk Mr. Moh. Yamin pada tanggal 1 Juni 1945, yaitu pada saat bangsa Indonesia sedang menggali apa yang akan dijadikan dasar negara yang akan didirikan pada waktu itu.

Dalam arti lain Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, disusunlah suatu UUD pada 18 Agustus 1945 yang di dalam pembukaannya tercantum lima dasar Negara R.I. Pancasila adalah lima dasar negara yang tercantum dalam pembukaan UUD ’45.

Rumusan tentang Pancasila tidak muncul dari sekedar pikiran logis-rasional, tetapi digali dari akar budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Maka Bung Karno hanya mengaku diri sebagai penggali Pancasila, karena nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila itu diambil dari nilai-nilai yang sejak lama hadir dalam masyarakat Nusantara. Oleh karena itulah Pancasila disebut mengandung:
1. Nilai-nilai dasar filsafat (philosophische grondslag),
2. Merupakan jiwa bangsa (volksgeist) atau jati diri bangsa (innerself of nation), dan
3. Menjadi cara hidup (way of life) bangsa Indonesia yang sesungguhnya,
4. Value System,
5. Belief System.

Dengan demikian nilai-nilai dalam Pancasila merupakan karakter bangsa, yang menjadikan bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa-bangsa lain.

Bangsa - bangsa lain di dunia memiliki Value System dan Belief Systemnya terbagi akan dua pattern besar, yakni:
1. LIBERAL/ KAPITALIS/ MATERIALIS yang tercurah dalam Declaration of Independence oleh Thomas Jefferson dkk pada 4 Juli 1776 (Abad 18).
2. SOSIALIS/ KOMUNIS yang tercurah dalam "Das Manifest der Kommunistischen Partei" atau yang kita kenal dengan MANIFESTO KOMUNIS yang digagas oleh Karl Marx dan Friedrich Engels serta diterbitkan pertama kali manuskripnya pada tanggal 21 Februari 1848 (Abad 19), 3 hari sebelum meletus Revolusi Perancis yang mahsyur 24 Februari 1848.

SOSIALISME dalama Manifesto Komunis yang dibuat oleh dua guru besar sosiologi dan pemimpin pergerakan kaum buruh modern-- Karl Marx dan Friedrich Engels adalah ANTI TESA dari KAPITALISME/ LIBERALISME dalam Declaration of Independence yang dirumuskan oleh Thomas Jefferson dkk.

Tulisan ini tidaklah untuk menjabarkan secara detil antara SOSIALISME maupun KAPITALISME di atas, karena sudah banyak ahli yang menjabarkannya dalam tulisan - tulisan atau jurnal - jurnal yang lebih ilmiah. Tulisan ini untuk MENANDASKAN bahwa Pancasila BUKANLAH SALAH SATU atau GABUNGAN (SUBLIMASI) atau DI TENGAH -TENGAH dari keduanya (SOSIALISME & KAPITALISME). Namun Pancasila adalah "hogere optrekking"-- penarikan ke atas dari kedua sistem nilai tersebut.

Pancasila menjadi PATTERN/ MAHZAB BARU karena:
1. "Sosialisme dalam MANIFESTO KOMUNIS nya KARL MARX dan ENGELS maupun Liberalisme dalam DECLARATION OF INDEPENDENCE nya JEFFERSON dkk tidaklah mengakomodir akan SISTEM KEYAKINAN (BELIEF SYSTEM) KEIMANAN dan tidaklah mengakomodir akan SISTEM ETIKA BAIK - BURUK. Keduanya hanyalah mengakomodir SISTEM NILAI akan ADA-TIDAK ADA, PERNAH-TIDAK PERNAH dan BENAR-SALAH."

SEDANGKAN,

2. "Pancasila mengakomodir SISTEM KEYAKINAN (BELIEF SYSTEM)-- KETUHANAN YANG MAHA ESA dan SISTEM ETIKA (ETICS SYSTEM)-- KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB."

Sosialisme MENOLAK AGAMA, ini tandas ditegaskan oleh Karl Marx yang mengkampanyekan "AGAMA ADALAH CANDU!".

Liberalisme pun memisahkan kehidupan Religi dengan kehidupan berbangsa dan bernegaranya akibat DENDAM SEJARAH mereka terhadap GEREJA sehingga SEKULERISME menjadi SISTEM NILAI dan KEYAKINAN yang mencetuskan REVOLUSI PERANCIS.

SEJARAH HITAM LGBT di Indonesia
Lesbi, Guy, Bisex dan Transgender atau populernya dengan istilah LGBT. Meskipun subyek LGBT dianggap sebagai suatu hal yang memalukan dan orang sering menolak untuk mendiskusikannya secara umum, beberapa tradisi di Indonesia merekam hubungan seks sejenis dan kegiatannya.

Aktifitas LGBT di Indonesia menjadi CATATAN KELAM dari tradisi bangsa ini, sehingga menghasilkan BUDAYA BIADAB YANG SANGAT BERTOLAK BELAKANG DARI PERABADAN BUDAYA INDONESIA. Saya mencermati setidaknya ada 3 BUDAYA BIADAB AKTIFITAS LGBT dalam SEJARAH HITAM Bangsa ini, yakni:

1. Bissu, Calabai dan Calalai dalam masyarakat Bugis.
Orang-orang Bugis dari Sulawesi Selatan membagi masyarakat mereka menjadi lima jenis kelamin yang terpisah. Dua yang analog dengan laki-laki dan perempuan cisgender, dan tiga sisanya adalah "Bissu, Calabai dan Calalai". Bissu mengacu pada seseorang dengan semua aspek jenis kelamin yang dikombinasikan untuk membentuknya secara keseluruhan. Calabai adalah seorang 'wanita palsu', mereka umumnya secara fisik adalah laki-laki tetapi mengambil peran dari seorang wanita heteroseksual. Di sisi lain calalai adalah orang yang ditugaskan sebagai perempuan pada saat peristiwa melahirkan, tetapi mengambil peran laki-laki heteroseksual di masyarakat. Calabai sangat mirip dengan waria, yaitu laki-laki yang menjadi perempuan transeksual, sedangkan calalai sangat mirip dengan lesbian tomboy yang berperan bagai seorang laki-laki.

Fakta hari ini, saudara-saudara saya dari Bugis tandas dan tegas menyatakan bahwa "BISSU, CALABAI & CALALAI ADALAH AIB BIADAB BAGI MASYARAKAT BUGIS".

2. Warok dam Gemblakan
Sebuah hubungan homoseksual tradisional tertentu dapat ditemukan di Jawa Timur dalam hubungan Warok-Gemblak. Warok adalah pahlawan lokal tradisional Jawa atau "orang kuat" yang biasanya melakukan kesenian tradisional seperti Reog Ponorogo. Menurut tradisi, warok diwajibkan untuk melakukan pantangan, ia dilarang untuk terlibat dalam hubungan seksual dengan perempuan, namun berhubungan seks dengan laki-laki yang berusia 8 sampai dengan 15 tahun diperbolehkan. "Kekasih muda" disebut gemblak dan biasanya disimpan oleh warok dalam rumah tangga mereka di bawah perjanjian dan kompensasi kepada keluarga anak itu. Warok dapat menikah dengan seorang wanita sebagai istri mereka, tetapi mereka mungkin tetap memiliki gemblak. Hal ini menyebabkan hubungan Warok-Gemblakan mirip dengan tradisi perjantanan di Yunani kuno. Siapa saja yang mengenal cara hidup tradisional di Ponorogo, tahu bahwa ada pria yang lebih tua yang disebut warok, tidak berhubungan seks dengan istri-istri mereka, tetapi berhubungan seks dengan anak laki-laki yang lebih muda.[10] Mungkin yang dilakukan warok dan gemblak adalah tindakan homoseksual, namun mereka tidak pernah mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang homoseksual.
Kini praktek Warok-gemblakan tidak disarankan oleh pemuka agama setempat dan ditentang melalui perlawanan moral publik. Karena hal itulah, kini pagelaran Reog Ponorogo jarang sekali menampilkan gemblak, anak laki-laki tampan, sebagai penunggang kuda Jatil, peran mereka digantikan oleh anak perempuan. Meskipun mungkin saat ini praktek warok-gemblakan ini masih ada dan dilakukan secara diam-diam.

Saudara-saudara saya dari Jawa Timur tegas menyatakan bahwa "TRADISI WAROK-GEMBLAK TELAH MENJADI AIB BIADAB DAN CATATAN HITAM DARI SEJARAH TRADISI JAWA UMUMNYA DAN JAWA TIMUR KHUSUSNYA YANG HARUS DIKUBUR DALAM".

3. Ritual inseminasi anak laki-laki Papua
Ritual "homoseksualitas" adalah sebagai ritual peralihan kedewasaan dari anak laki-laki menjadi pria dewasa telah dicatat dipraktekkan di kalangan orang Melanesia dari Pulau Papua, seperti orang Sambia dan Etoro dari Papua Niugini. Di pulau Papua di sisi Indonesia, ritual serupa telah direkam dipraktekkan antara orang-orang Kimam, di Provinsi Papua bagian selatan. Beberapa laporan yang serupa catatan praktek di antara suku-suku lainnya. Praktek ini adalah disusun berdasarkan usia dan diarahkan kepada anak-anak muda sebagai ritus kedewasaan. Menurut kepercayaan mereka, anak laki-laki tercemar dengan unsur perempuan, melalui cairan perempuan seperti melalui menyusui, dan kontak dengan ibunya dan anggota keluarga perempuan lainnya. Untuk menghindari kontaminasi unsur perempuan lebih lanjut, setelah usia tertentu, anak laki-laki diambil dari ibu mereka dan tinggal terpisah di rumah komunal dengan anak-anak laki-laki lain dan laki-laki muda yang belum menikah. Rumah ini disebut dengan rumah bujangan. Anak laki-laki yang dipisahkan dari keluarganya ini hidup bersama dengan laki-laki muda lainnya dalam rumah bujangan. Hal ini bertujuan untuk membina solidaritas dan ikatan antar kaum laki-laki dalam suku, juga untuk mempersiapkan anak-anak muda agar menjadi seorang prajurit yang berani dan hebat.

Untuk dapat tumbuh berkembang sebagai seorang pria yang jantan, sehingga kelak dapat menjadi seorang prajurit yang berani, seorang anak laki-laki harus menyerap cairan laki-laki, yaitu semen, yang dianggap sebagai inti sari laki-laki. Cara menerima cairan laki-laki ini dapat dilakukan dengan menelan sperma melalui fellatio (oral seks) atau sebagai pihak yang dipenetrasi dalam hubungan seks anal homoseksual. Laki-laki yang berperan sebagai inseminator yang menyumbangkan spermanya adalah anggota suku yang lebih tua, biasanya paman mereka, atau jika sang anak telah dijodohkan dengan seorang anak perempuan, maka calon mertua laki-laki atau calon kakak ipar anak itu dianggap sebagai inseminator yang tepat. Ritual dan aktivitas ini berlanjut sejak masa akhir kanak-kanak dan selama masa remaja dalam rumah bujang. Ritual ini berhenti ketika anak laki-laki itu dianggap telah menyerap cukup unsur laki-laki, yaitu anak itu mencapai usia dewasa, ketika kumis atau jenggotnya mulai tumbuh dan akan segera menikah.

Saudara-saudara saya LAKI-LAKI yang Irian (Saya lebih memilih menyebut mereka dengan sebutan Irian ketimbang Papua) kini telah MENOLAK RITUAL INI.

 

Dari catatan sejarah LGBT dalam tradisi budaya di Indonesia, saya mencermati bahwa PANCASILA dengan BELIEF SYSTEM dan ETICS SYSTEM nya TELAH MENOLAK LGBT karena: 
1. Pancasila sangat sarat RELIGI SPIRITUALITAS YANG DALAM KITAB-KITAB SUCINYA MENCATAT SEJARAH HITAM SODOM DAN GOMORRAH (BELIEF SYSTEM DALAM SILA PERTAMA PANCASILA).
2. Pancasila yang AKAR BUDAYA ASLI Bangsa Indonesia MENOLAK AKTIVITAS PRODUK BUDAYA YANG BIADAB (ETICS SYSTEM DALAM SILA KEDUA PANCASILA).

LGBT dalam KONSEPSI HAM TIDAKLAH MELANGGAR "BENAR-SALAH", namun ETICS SYSTEM PANCASILA MENYATAKAN BAHWA ITU MELANGGAR "BAIK-BURUK (ETICS)" PERADABAN BUDAYA INDONESIA YANG BERADAB.

Skenario LGBT saya mencermati sebagai salah satu AGENDA GLOBALISASI dalam skema besar "TO BUILD A NEW WORLD (MEMBANGUN TATANAN DUNIA BARU)", namun Presiden Soekarno menggali Pancasila sebagai PHILOSOPHISCHE GRONSLAG memilih skema besar "TO BUILD THE WORLD ANEW (MEMBANGUN TATANAN DUNIA KEMBALI)".

Saya memilih ikut Soekarno untuk TO BUILD THE WORLD ANEW dengan PANCASILA.

BAGAIMANA DENGAN ANDA?

 

MERDEKA 100%!
Dodi Ilham,
General Secretary of Centre for National Security Studies Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun