Mohon tunggu...
Dodi Ilham
Dodi Ilham Mohon Tunggu... karyawan swasta -

1. General Secretary of Centre for National Security Studies (CNSS) Indonesia. 2. SekJend Badan Pekerja Pelaksana Agenda Rakyat (BPP-AR) Nasional. 3. CEO of Revolt Institute.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pancasila Menolak LGBT

16 Februari 2016   03:00 Diperbarui: 16 Februari 2016   06:58 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pancasila menjadi PATTERN/ MAHZAB BARU karena:
1. "Sosialisme dalam MANIFESTO KOMUNIS nya KARL MARX dan ENGELS maupun Liberalisme dalam DECLARATION OF INDEPENDENCE nya JEFFERSON dkk tidaklah mengakomodir akan SISTEM KEYAKINAN (BELIEF SYSTEM) KEIMANAN dan tidaklah mengakomodir akan SISTEM ETIKA BAIK - BURUK. Keduanya hanyalah mengakomodir SISTEM NILAI akan ADA-TIDAK ADA, PERNAH-TIDAK PERNAH dan BENAR-SALAH."

SEDANGKAN,

2. "Pancasila mengakomodir SISTEM KEYAKINAN (BELIEF SYSTEM)-- KETUHANAN YANG MAHA ESA dan SISTEM ETIKA (ETICS SYSTEM)-- KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB."

Sosialisme MENOLAK AGAMA, ini tandas ditegaskan oleh Karl Marx yang mengkampanyekan "AGAMA ADALAH CANDU!".

Liberalisme pun memisahkan kehidupan Religi dengan kehidupan berbangsa dan bernegaranya akibat DENDAM SEJARAH mereka terhadap GEREJA sehingga SEKULERISME menjadi SISTEM NILAI dan KEYAKINAN yang mencetuskan REVOLUSI PERANCIS.

SEJARAH HITAM LGBT di Indonesia
Lesbi, Guy, Bisex dan Transgender atau populernya dengan istilah LGBT. Meskipun subyek LGBT dianggap sebagai suatu hal yang memalukan dan orang sering menolak untuk mendiskusikannya secara umum, beberapa tradisi di Indonesia merekam hubungan seks sejenis dan kegiatannya.

Aktifitas LGBT di Indonesia menjadi CATATAN KELAM dari tradisi bangsa ini, sehingga menghasilkan BUDAYA BIADAB YANG SANGAT BERTOLAK BELAKANG DARI PERABADAN BUDAYA INDONESIA. Saya mencermati setidaknya ada 3 BUDAYA BIADAB AKTIFITAS LGBT dalam SEJARAH HITAM Bangsa ini, yakni:

1. Bissu, Calabai dan Calalai dalam masyarakat Bugis.
Orang-orang Bugis dari Sulawesi Selatan membagi masyarakat mereka menjadi lima jenis kelamin yang terpisah. Dua yang analog dengan laki-laki dan perempuan cisgender, dan tiga sisanya adalah "Bissu, Calabai dan Calalai". Bissu mengacu pada seseorang dengan semua aspek jenis kelamin yang dikombinasikan untuk membentuknya secara keseluruhan. Calabai adalah seorang 'wanita palsu', mereka umumnya secara fisik adalah laki-laki tetapi mengambil peran dari seorang wanita heteroseksual. Di sisi lain calalai adalah orang yang ditugaskan sebagai perempuan pada saat peristiwa melahirkan, tetapi mengambil peran laki-laki heteroseksual di masyarakat. Calabai sangat mirip dengan waria, yaitu laki-laki yang menjadi perempuan transeksual, sedangkan calalai sangat mirip dengan lesbian tomboy yang berperan bagai seorang laki-laki.

Fakta hari ini, saudara-saudara saya dari Bugis tandas dan tegas menyatakan bahwa "BISSU, CALABAI & CALALAI ADALAH AIB BIADAB BAGI MASYARAKAT BUGIS".

2. Warok dam Gemblakan
Sebuah hubungan homoseksual tradisional tertentu dapat ditemukan di Jawa Timur dalam hubungan Warok-Gemblak. Warok adalah pahlawan lokal tradisional Jawa atau "orang kuat" yang biasanya melakukan kesenian tradisional seperti Reog Ponorogo. Menurut tradisi, warok diwajibkan untuk melakukan pantangan, ia dilarang untuk terlibat dalam hubungan seksual dengan perempuan, namun berhubungan seks dengan laki-laki yang berusia 8 sampai dengan 15 tahun diperbolehkan. "Kekasih muda" disebut gemblak dan biasanya disimpan oleh warok dalam rumah tangga mereka di bawah perjanjian dan kompensasi kepada keluarga anak itu. Warok dapat menikah dengan seorang wanita sebagai istri mereka, tetapi mereka mungkin tetap memiliki gemblak. Hal ini menyebabkan hubungan Warok-Gemblakan mirip dengan tradisi perjantanan di Yunani kuno. Siapa saja yang mengenal cara hidup tradisional di Ponorogo, tahu bahwa ada pria yang lebih tua yang disebut warok, tidak berhubungan seks dengan istri-istri mereka, tetapi berhubungan seks dengan anak laki-laki yang lebih muda.[10] Mungkin yang dilakukan warok dan gemblak adalah tindakan homoseksual, namun mereka tidak pernah mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang homoseksual.
Kini praktek Warok-gemblakan tidak disarankan oleh pemuka agama setempat dan ditentang melalui perlawanan moral publik. Karena hal itulah, kini pagelaran Reog Ponorogo jarang sekali menampilkan gemblak, anak laki-laki tampan, sebagai penunggang kuda Jatil, peran mereka digantikan oleh anak perempuan. Meskipun mungkin saat ini praktek warok-gemblakan ini masih ada dan dilakukan secara diam-diam.

Saudara-saudara saya dari Jawa Timur tegas menyatakan bahwa "TRADISI WAROK-GEMBLAK TELAH MENJADI AIB BIADAB DAN CATATAN HITAM DARI SEJARAH TRADISI JAWA UMUMNYA DAN JAWA TIMUR KHUSUSNYA YANG HARUS DIKUBUR DALAM".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun