Mohon tunggu...
Devy ND
Devy ND Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer yow

Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jurnal Evektivitas Jam Belajar Matematika pada Murid Paud

13 Januari 2022   22:12 Diperbarui: 13 Januari 2022   22:31 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Satu kenyataan bahwa bahan pembelajaran kurikulum di Indonesia memiliki jumlah yang berlebih. Sehingga tak jarang karena terbatasnya waktu membuat siswa harus menyelesaikan sekian banyak tugas dari mata pelajaran tertentu dalam waktu yang singkat, bagi siswa sendiri itu merupakan sebuah ketakutan. Bagaimana bisa siswa memahami materi yang begitu banyak dalam waktu yang relative singkat, sehingga acapkali membuat kejenuhan belajar dan berfikir, dan secara bersamaan siswa di tuntut untuk menyelesaikan banyak tugas untuk memenuhi kolom nilai yang menjadi pegangan guru dalam waktu yang mepet. Sehingga mengakibatkan siswa ketakutan atau bahkan penurunan prestasi yang mereka miliki.

Kebanyakan guru mengejar target dalam proses belajar-mengajar, seperti dengan menumpuk tugas yang di berikan kepada siswa atau dengan mengejar target materi dengan melakukan pembelajaran dalam satu pertemuan dengan mengajarkan beberapa tema yang di ajarkan, seringkali membuat siswa tidak dapat mencerna materi yang diberikan secara mendalam. Resiko yang di terima siswa tidak mampu untuk menguasai materi pembelajaran dengan baik serta tidak sempat mengerjakan tugas secara maksimal dengan kendala waktu yang singkat, sehingga target pembelajaran yang seharusnya dapat memahmkan siswa dan menjadikan siwa cerdas, justru malah tidak tercapai atau bahkan menjadi sebuah boomerang untuk siswa sendiri. Pengelolaan waktu belajar-mengajar yang paling baik adalah ketika guru dan siswa bekerja sama untuk mencoba dan menjadwalkan waktu pembelajaran sesuai dengan pola pikir mereka, sehingga suasana selama proses pembelajaran menjadi nyaman.

Fisher, Rosenshine, dan Stalling & Kaskowitz mengungkapkan sebagaimana yang dikutip oleh Arends, setidaknya seorang guru harus mempertimbangkan kategori waktu instruksional di bawah ini :

  • Total time. Adalah jumlah waktu seharusnya yang dihabiskan siswa di sekolah. Di kebanyakan negara, waktu ini biasanya berjumlah 180 hari per tahun dengan enam hingga tujuh jam per hari.
  • Attended time. Adalah jumlah waktu siswa benar-benar hadir ke sekolahnya. Sakit, izin, dan alasan ketidakhadiran lainnya mengurangi waktu total time hingga attended time diperoleh.
  • Available time. Sebagian waktu di sekolah digunakan untuk makan siang, istirahat, dan kegiatan ekstra kurikuler yang tidak memiliki tujuan akademis.
  • Planned academic time. Ketika guru membuat buku perencanaan pembelajaran, mereka mengatur jumlah waktu tertentu untuk aktifitas dan subyek-subyek yang berbeda, inilah apa yang disebut planned academic time.
  • Actual academic time. Adalah waktu yang sebenarnya dihabiskan guru unuk aktifitas dan tugas-tugas akademis.
  • Engaged time or time on task. Merupakan jumlah waktu sebenarnya yang dihabiskan siswa untuk sebuah aktifitas belajar dan mengerjakan tugas. Misalnya ketika seorang guru memberikan durasi waktu untuk mendiskusikan sebuah materi pelajaran Bahasa Inggris kepada siswanya. Siswa yang menghabiskan waktu yang dialokasikan untuk mendiskusikan apa yang diminta disebut on-task, sedangkan siswa yang tidak menghabiskan waktunya untuk ini, misalkanmembicarakan hal lain selain Bahasa Inggris dalam durasi waktu disebut off-task. Dalam hal ini guru harus mengupayakan bagaimana semua siswa bisa sepenuhnya on-task dan belajar dalam durasi engaged time.
  • Academic learning time. Merupakan jumlah waktu yang dihabiskan seorang siswa untuk satu tugas akademik. Cara Menghitung Lama Belajar yang dibutuhkan oleh setiap satuan PAUD untuk mencapai muatan kurikulum, KI dan KD yang telah ditetapkan, dilihat dari berapa lama belajar di sekolah PAUD ditetapkan atas dasar kelompok usia. Setiap kelompok usia layanan di PAUD dialokasikan jumlah waktu minimal layanan dalam satu minggu. Jumlah waktu minimal tersebut adalah:
    • Kelompok usia lahir sampai 2 (dua) tahun dengan lama belajar paling sedikit 120 menit per minggu;
    • Kelompok usia 2 (dua) tahun sampai 4 (empat) tahun dengan lama belajar paling sedikit 360 menit per minggu; dan
    • Kelompok usia 4 (empat) tahun sampai 6 (enam) tahun dengan lama belajar paling sedikit 900 menit per minggu. Lama belajar merupakan keseluruhan waktu untuk memperoleh pengalaman belajar yang harus diikuti anak dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun.

Lama belajar pada PAUD dilaksanakan melalui pembelajaran tatap muka. Untuk pelajaran perlu adanya perencanaan waktu yang efektif dan efisien. Contoh Jam Belajar PAUD: TK Bhayangkari memberi layanan untuk anak usia 4-6 tahun sebanyak 4 kali dari pukul 07.00 – 10.00. Seharusnya layanan untuk anak usia 4-6 tahun selama 90 jam/minggu. Berarti TK Bhayangkari  kekurangan 56 jam pelajaran.

  • Efektivitas Jam Belajar Mengajar Matematika

Anak sejak dini harus sudah mulai di kenalkan dengan matematika atau bahkan sudah belajar tentang matematika, mereka harus merasakan bahwa matematika menjadi bagian dalam kehidupannya. Interaksi dan aktivitas belajarnya harus menarik, menantang dan membuat anak berfikir bahwasannya matematika sebuah kebutuhan, bukan karena dipaksa maupun terpaksa.

Pengelolaan jam belajar mengajar matematika memilii tujuan agar anak mampu mengelola hasil perolehan selama belajarnya, mengembangkan logika matematika, menemukan bermacam-macam alternative pemecah masalah, yang paling utama adalah mereka mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Kegiatan pembelajaran matematika yang terpadu sangatlah penting bagi anak sejak usia dini, dikarenakan dapat membantu anak untuk mengembangkan seluruh potensi yang mereka punya.

Setiap anak tentunya memiliki potensi masing-masing atas aspek perkembangan. Seperti salah satunya potensi matematika, maka dari itu sangatlah penting bagi anak sejak dini untuk mengembangkan potensi matematika yang mereka punya secara optimal. Berdasarkan teori perkembangan yang dikemukakan Piaget, Lorton Cruinckshank, bahwa pemahaman anak terhadap konsep matematika ditempuh malalui tiga tahap yaitu: (1) pemahaman konsep (intuitive concept level), (2) masa transisi (connecting level) dan (3) tingkat lambang bilangan (symbolic level) dalam Sriningsih. Maka dari itu, dasar dan pondasi yang kuat sangat di butuhkan oleh anak untuk mempersiapakan anak ke pendidikan formal selanjutnya, seperti pemahaman konsep bilangan yang harus di tekan kan sebelum anak mengenyam bangku pendidikan dasar.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, bisa disimpulkan:

  • Hal yang sangat urgen yang harus diperhatikan oleh pengajar PAUD, ialah terkait dengan keefektivan jam belajar mengajar untuk mata pelajara matematika murid PAUD. Bentuk pendidikan di Indonesia secara umum masih dititikberatkan pada kepinataran atau kecerdasan kognitif.
  • Patokan yang menjadi standar kurikulum harus fleksibel, pada isi, waktu untuk disesuaikan dengan perkembangan, kebutuhan dan minat setiap anak.
  • Guru ialah perintis atau pendorong dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar dituntut mampu menyeimbangkan waktu pembelajaran. Hal ini pun termasuk beberapa waktu yang diperlukan untuk tatap muka di kelas dan waktu tambahan yang dibutuhkan anak di luar sekolah untuk mengerjakan berbagai hal.

REFERENSI

Mardapi, Djemari. “Evaluasi Pendidikan”, Yogyakarta: Mitra Cendekia, 1996.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun