Mohon tunggu...
DNA HIPOTESA
DNA HIPOTESA Mohon Tunggu... Mahasiswa - IPB University

Discussion and Analysis merupakan sebuah divisi di Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) yang berada di bawah naungan Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB University. Divisi DNA berfokus dalam mengkaji isu-isu perekonomian terkini baik Indonesia maupun global. As written in the name, we are here to produce valuable analysis of the economy, while building a home for healthy economic discussions. All of this is aimed to build critical thinking which is paramount in building a brighter future for our economy.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dinamika Ekonomi Keuangan: Menjelajahi Peningkatan BI Rate Dibalik Melemahnya Nilai Tukar Rupiah

10 Mei 2024   17:05 Diperbarui: 10 Mei 2024   17:07 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dinamika ekonomi dan keuangan global sering kali berubah, pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang semakin kuat dan ketegangan geopolitik yang meningkat telah menekan beberapa nilai mata uang di negara lain. Pada Rabu 01 Mei 2024 waktu setempat, The Fed mengumumkan untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga, karena AS masih berjuang melawan inflasi yang belum mencapai target 2% dengan data terakhir yang menunjukan tingkat inflasi AS berada di angka 3,5% (yoy). 

Beberapa ekonom mengatakan perekonomian AS berada pada fase soft-landing yaitu situasi dimana pertumbuhan ekonomi rendah dengan tingkat inflasi cenderung meningkat namun terhindar dari resesi dan konsumen menunjukan resiliensi tingkat suku bunga yang tinggi. 

Keputusan The fed mempertahankan suku bunga jangka pendek pada target 5,25% hingga 5,5%. Pada 16 April 2024 Dolar AS menguat tajam, terapresiasi 4,86% dari level akhir 2023. Tingginya indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) memberikan tekanan depresiasi hampir kepada seluruh mata uang dunia, termasuk Rupiah. Tercatat pelemahan Rupiah tembus ke angka sekitar IDR 16.240 (per 17 April 2024) ini adalah sinyal serius bagi pasar keuangan, memunculkan kekhawatiran yang mendalam.

Source: Investing.com

Sikap the fed yang mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi didorong dengan meningkatnya ketegangan di timur tengah disebut sebagai dalang akibat melemahnya nilai tukar. Intervensi mata uang menjadi medan pertempuran utama di negara-negara emerging market terutama Indonesia yang telah terdepresiasi 5,12% (ytd). 

Konflik di timur tengah meningkatkan ketidakpastian global dan ketidakpastian pasar keuangan global sehingga para investor enggan untuk berinvestasi dan menarik dananya dari aset-aset berisiko tinggi. Tercatat, hingga 18 April, total capital outflow Indonesia sudah USD 1,92 miliar dalam kurun waktu sebulan terakhir. Peningkatan capital outflow pada akhirnya memicu kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia untuk tenor 10 tahun dari 6,71% menjadi 6,91% dan untuk tenor 1 tahun dari 6,14 menjadi 6,24% pada April 2024.

Merespon hal tersebut Bank Sentral Indonesia (BI) Memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan/BI Rate. Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 23-24 April 2024, BI memutuskan untuk menaikan suku bunga (BI-Rate) sebesar 25 basis point (bps) menjadi 6,25 persen. hal tersebut diharapkan dapat memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak buruknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward-looking untuk memastikan inflasi tetap terjaga di sasaran 2,5%. 

Tingkat suku bunga yang stabil menunjukan bahwa kondisi pasar uang yang sehat dan seimbang antara permintaan dan penawaran. dalam teori moneter, suku bunga dapat dijadikan suatu sasaran dalam melakukan kebijakan moneter. Suku bunga sendiri merupakan imbalan jasa atas pinjaman uang. 

Selain itu, alat kebijakan makroprudensial juga menjadi komplemen penting dari kebijakan moneter dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.  BI melonggarkan kebijakan makroprudensial guna mendorong kredit/pembiayaan perbankan bagi dunia usaha dan rumah tangga. 

Tercatat pada triwulan I 2024, kredit tumbuh sebesar 12,40 persen (yoy) dan hampir di seluruh sektor ekonomi. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permodalan yang tinggi dan likuiditas yang memadai. Sementara itu dari sisi permintaan pertumbuhan kredit korporasi didorong oleh kinerja penjualan dan investasi koperasi yang terus mengalami peningkatan pasca pemilu 2024 sebesar 14,83 persen untuk kredit investasi, 12,30 persen kredit modal, dan 10,22 persen kredit konsumsi. 

Sejauh ini ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan meskipun melemahnya nilai tukar tukar rupiah terhadap dollar AS. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil di angka 5%, tercatat inflasi IHK tetap terjaga pada level 3,05% (yoy), sementara itu transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2024 mencatat net outflows sebesar 0,4 miliar dolar AS meningkat menjadi 1,9 pada triwulan II. Namun demikian, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir maret 2024 tetap tinggi berada pada angka 140,4 miliar dolar AS. 

Sekarang mari kita lihat bagaimana kondisi perdagangan pasca melemahnya nilai tukar rupiah.  Fluktuasi nilai mata uang yang sedang terjadi mempunyai peran penting dalam kegiatan perdagangan internasional, depresiasi nilai tukar rupiah akan menyebabkan biaya produksi yang berdampak pada penurunan profitabilitas perusahaan (Darmanto, 2008).  Pelemahan nilai rupiah telah memicu kenaikan harga barang impor, sekitar 80% total impor Indonesia merupakan bahan baku dan barang modal yang biasa digunakan sebagai bahan baku produksi. 

Karna mahalnya bahan baku, kemungkinan industri domestik akan mengurangi produksinya kerena biaya bahan baku yang tinggi. Menurut teori ekonomi, jika produsen mengurangi suplainya, maka akan menyebabkan kenaikan tingkat harga sehingga menimbulkan kenaikan inflasi. 

Namun jika melihat kondisi neraca perdagangan Indonesia saat ini, merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada bulan maret 2024 neraca perdagangan Indonesia mencapai US$4,47 miliar, mengalami peningkatan sebesar US$ 0,87 miliar. dengan jumlah ekspor Indonesia mencapai US$ 22,43 miliar pada bulan Maret 2024 mengalami peningkatan sebesar 16,4% dari bulan sebelumnya. Sementara nilai impor Indonesia pada bulan Maret 2024 mencapai US$ 17,96 miliar, menurun sebesar 2,6% dari bulan sebelumnya.

Dalam skenario terburuk, jika konflik di Timur Tengah terus berlanjut akan memicu inflasi pangan dan energi di Indonesia. Terutama jika Iran memutuskan untuk memblokade Selat Hormuz yang menjadi jalur penting untuk pengiriman minyak dunia. Selat Hormuz merupakan jalur perairan yang sempit dan sibuk, setiap harinya lebih dari 17 juta barel minyak diangkut melalui jalur tersebut. 

Bila itu terjadi, pasokan minyak akan terganggu, penurunan ekspor minyak secara signifikan dapat menyebabkan kenaikan harga minyak. Tentunya itu akan merugikan banyak negara terutama Indonesia, perlu disadari bahwa Indonesia sudah impor minyak. Minyak merupakan bahan baku utama bagi sebagian besar industri di Indonesia. 

Kesimpulan

Meskipun tidak mencapai keparahan krisis ekonomi masa lalu seperti pada tahun 1998, 2008, atau 2020 yang mengalami lonjakan nilai mata uang yang kemudian kembali ke level stabil, depresiasi Rupiah tahun ini mencerminkan pola yang lebih mirip dengan peristiwa taper-tantrum yang telah kita lihat sebelumnya di tahun 2013, 2018, dan 2022. 

Pergerakan Rupiah terus dipengaruhi oleh sentimen global, terutama dari kebijakan suku bunga Federal Reserve, dinamika geopolitik, dan kondisi ekonomi global secara keseluruhan. Kita perlu mewaspadai situasi ini, meskipun depresiasi Rupiah tidak terlalu dramatis pada saat ini. 

Namun, pengalaman menunjukkan bahwa ketika suku bunga AS diperketat, nilai mata uang kita dapat menghadapi tekanan yang signifikan, membawa Rupiah ke tingkat yang baru dan berkelanjutan. Apa yang kita saksikan saat ini adalah lanjutan dari kebijakan Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga tinggi sejak Juli 2023, dengan tambahan kompleksitas dari konflik yang berlangsung di Timur Tengah.

Namun demikian, fundamental makroekonomi Indonesia secara keseluruhan masih kuat dan solid dengan pertumbuhan ekonomi berada di atas 5 persen dan inflasi yang masih terjaga stabil di kisaran target. Berdasarkan lembaga pemeringkat utang Moody's per 16 April, Indonesia berada di peringkat stabil Baa2 sebagai negara layak tujuan investasi.

Saran Kebijakan Moneter

Dari segi moneter, untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan mengendalikan inflasi akibat tekanan eksternal, Bank Indonesia perlu menerapkan berbagai kebijakan campuran. Pertama, melalui intervensi pasar dengan membeli obligasi di pasar, valuta asing secara langsung, dan kontrak forward non-deliverable domestik (DNDF). Langkah ini bertujuan untuk menguatkan nilai tukar Rupiah dan memberikan sinyal kepercayaan kepada pasar terhadap ekspektasi nilai mata uang kita. Dengan komunikasi terbuka mengenai arah kebijakan moneter, pasar dapat merespons sesuai dengan harapan. Transparansi yang baik dari bank sentral, didukung oleh penjelasan kebijakan yang jelas dan publikasi model ekonomi, dapat mengurangi ketidakpastian dan volatilitas nilai tukar.

Kebijakan kedua melibatkan penerbitan berbagai instrumen keuangan seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) dengan tingkat bunga yang kompetitif. Hal ini bertujuan untuk menarik lebih banyak investor dan memperkuat ketahanan eksternal melalui peningkatan arus masuk modal.

Penelitian menunjukkan bahwa intervensi pasar valuta asing efektif dalam mengendalikan nilai tukar pada level yang diinginkan dengan dampak yang persisten dan simetris. Meskipun efektivitasnya berlangsung secara singkat, biasanya hanya sekitar dua minggu. Namun, di Indonesia, kombinasi intervensi pasar valuta asing dan derivatif melalui operasi pasar terbuka masih menjadi kebijakan yang paling efektif untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Meskipun intervensi langsung di pasar valuta asing memiliki dampak yang lebih besar daripada di pasar derivatif, penggunaan DNDF juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengurangi volatilitas nilai tukar Rupiah.

Kebijakan ketiga melibatkan penggunaan cadangan devisa. Pada Maret 2024, cadangan devisa Indonesia mencapai USD 140,4 miliar, meskipun sedikit turun dari bulan sebelumnya. Penurunan ini sebagian digunakan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah mengingat masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Bank Indonesia dapat kembali melakukan intervensi dengan cadangan devisa sebagai alternatif kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar, tentu dengan memastikan cadangan devisa yang cukup. Dengan cadangan devisa yang mencukupi, Indonesia memiliki kecukupan untuk 6,4 bulan pembiayaan impor atau setara dengan 6,2 bulan nilai impor dan pembayaran utang luar negeri. Rasio cadangan devisa terhadap utang luar negeri jangka pendek juga lebih dari dua kali lipat dari standar internasional yang direkomendasikan. Ini menunjukkan bahwa cadangan devisa Indonesia berada dalam posisi yang kuat dan stabil.

Source: CEIC & IMF
Source: CEIC & IMF

Saran Kebijakan Fiskal

Ketegangan di Timur Tengah semakin meruncing setelah Iran membalas serangan Israel atas konsulatnya di Syria. Ancaman terburuk adalah penutupan jalur perdagangan vital melalui Semenanjung Hormuz, yang bisa mengganggu suplai minyak dunia dan mendorong harga minyak melonjak hingga mencapai puncaknya pada tahun 2022, setara dengan USD125 per barel. 

Kenaikan harga energi bisa merusak daya beli masyarakat, terutama mereka yang rentan, seperti rumah tangga miskin. Diperkirakan bahwa setiap kenaikan 10% dalam harga energi dunia bisa menyebabkan lonjakan inflasi di pasar-pasar berkembang sebesar 0.2-1%, terutama melalui kenaikan harga makanan karena biaya transportasi. 

Untuk meredam dampak negatifnya, pemerintah dapat mengambil dua pendekatan. Pertama, dengan stabilisasi harga energi melalui peningkatan subsidi. Saat ini, alokasi anggaran subsidi energi di Indonesia mencapai Rp244,18 triliun, namun bisa ditingkatkan sesuai dengan proyeksi harga minyak. Alternatif kedua adalah dengan meningkatkan dukungan finansial kepada masyarakat miskin melalui program-program seperti BLT dan PKH, serta memberikan perhatian khusus kepada masyarakat menengah dengan mengurangi beban finansial seperti biaya listrik dan pajak.

Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, pemerintah perlu mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional dan memastikan bahwa hasil ekspor disimpan dalam negeri dalam bentuk devisa. Langkah-langkah ini akan membantu mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi nilai tukar yang disebabkan oleh gejolak geopolitik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun