Mohon tunggu...
DNA HIPOTESA
DNA HIPOTESA Mohon Tunggu... Mahasiswa - IPB University

Discussion and Analysis merupakan sebuah divisi di Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) yang berada di bawah naungan Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB University. Divisi DNA berfokus dalam mengkaji isu-isu perekonomian terkini baik Indonesia maupun global. As written in the name, we are here to produce valuable analysis of the economy, while building a home for healthy economic discussions. All of this is aimed to build critical thinking which is paramount in building a brighter future for our economy.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dinamika Ekonomi Keuangan: Menjelajahi Peningkatan BI Rate Dibalik Melemahnya Nilai Tukar Rupiah

10 Mei 2024   17:05 Diperbarui: 10 Mei 2024   17:07 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejauh ini ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan meskipun melemahnya nilai tukar tukar rupiah terhadap dollar AS. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil di angka 5%, tercatat inflasi IHK tetap terjaga pada level 3,05% (yoy), sementara itu transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2024 mencatat net outflows sebesar 0,4 miliar dolar AS meningkat menjadi 1,9 pada triwulan II. Namun demikian, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir maret 2024 tetap tinggi berada pada angka 140,4 miliar dolar AS. 

Sekarang mari kita lihat bagaimana kondisi perdagangan pasca melemahnya nilai tukar rupiah.  Fluktuasi nilai mata uang yang sedang terjadi mempunyai peran penting dalam kegiatan perdagangan internasional, depresiasi nilai tukar rupiah akan menyebabkan biaya produksi yang berdampak pada penurunan profitabilitas perusahaan (Darmanto, 2008).  Pelemahan nilai rupiah telah memicu kenaikan harga barang impor, sekitar 80% total impor Indonesia merupakan bahan baku dan barang modal yang biasa digunakan sebagai bahan baku produksi. 

Karna mahalnya bahan baku, kemungkinan industri domestik akan mengurangi produksinya kerena biaya bahan baku yang tinggi. Menurut teori ekonomi, jika produsen mengurangi suplainya, maka akan menyebabkan kenaikan tingkat harga sehingga menimbulkan kenaikan inflasi. 

Namun jika melihat kondisi neraca perdagangan Indonesia saat ini, merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada bulan maret 2024 neraca perdagangan Indonesia mencapai US$4,47 miliar, mengalami peningkatan sebesar US$ 0,87 miliar. dengan jumlah ekspor Indonesia mencapai US$ 22,43 miliar pada bulan Maret 2024 mengalami peningkatan sebesar 16,4% dari bulan sebelumnya. Sementara nilai impor Indonesia pada bulan Maret 2024 mencapai US$ 17,96 miliar, menurun sebesar 2,6% dari bulan sebelumnya.

Dalam skenario terburuk, jika konflik di Timur Tengah terus berlanjut akan memicu inflasi pangan dan energi di Indonesia. Terutama jika Iran memutuskan untuk memblokade Selat Hormuz yang menjadi jalur penting untuk pengiriman minyak dunia. Selat Hormuz merupakan jalur perairan yang sempit dan sibuk, setiap harinya lebih dari 17 juta barel minyak diangkut melalui jalur tersebut. 

Bila itu terjadi, pasokan minyak akan terganggu, penurunan ekspor minyak secara signifikan dapat menyebabkan kenaikan harga minyak. Tentunya itu akan merugikan banyak negara terutama Indonesia, perlu disadari bahwa Indonesia sudah impor minyak. Minyak merupakan bahan baku utama bagi sebagian besar industri di Indonesia. 

Kesimpulan

Meskipun tidak mencapai keparahan krisis ekonomi masa lalu seperti pada tahun 1998, 2008, atau 2020 yang mengalami lonjakan nilai mata uang yang kemudian kembali ke level stabil, depresiasi Rupiah tahun ini mencerminkan pola yang lebih mirip dengan peristiwa taper-tantrum yang telah kita lihat sebelumnya di tahun 2013, 2018, dan 2022. 

Pergerakan Rupiah terus dipengaruhi oleh sentimen global, terutama dari kebijakan suku bunga Federal Reserve, dinamika geopolitik, dan kondisi ekonomi global secara keseluruhan. Kita perlu mewaspadai situasi ini, meskipun depresiasi Rupiah tidak terlalu dramatis pada saat ini. 

Namun, pengalaman menunjukkan bahwa ketika suku bunga AS diperketat, nilai mata uang kita dapat menghadapi tekanan yang signifikan, membawa Rupiah ke tingkat yang baru dan berkelanjutan. Apa yang kita saksikan saat ini adalah lanjutan dari kebijakan Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga tinggi sejak Juli 2023, dengan tambahan kompleksitas dari konflik yang berlangsung di Timur Tengah.

Namun demikian, fundamental makroekonomi Indonesia secara keseluruhan masih kuat dan solid dengan pertumbuhan ekonomi berada di atas 5 persen dan inflasi yang masih terjaga stabil di kisaran target. Berdasarkan lembaga pemeringkat utang Moody's per 16 April, Indonesia berada di peringkat stabil Baa2 sebagai negara layak tujuan investasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun