Saran Kebijakan Moneter
Dari segi moneter, untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan mengendalikan inflasi akibat tekanan eksternal, Bank Indonesia perlu menerapkan berbagai kebijakan campuran. Pertama, melalui intervensi pasar dengan membeli obligasi di pasar, valuta asing secara langsung, dan kontrak forward non-deliverable domestik (DNDF). Langkah ini bertujuan untuk menguatkan nilai tukar Rupiah dan memberikan sinyal kepercayaan kepada pasar terhadap ekspektasi nilai mata uang kita. Dengan komunikasi terbuka mengenai arah kebijakan moneter, pasar dapat merespons sesuai dengan harapan. Transparansi yang baik dari bank sentral, didukung oleh penjelasan kebijakan yang jelas dan publikasi model ekonomi, dapat mengurangi ketidakpastian dan volatilitas nilai tukar.
Kebijakan kedua melibatkan penerbitan berbagai instrumen keuangan seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) dengan tingkat bunga yang kompetitif. Hal ini bertujuan untuk menarik lebih banyak investor dan memperkuat ketahanan eksternal melalui peningkatan arus masuk modal.
Penelitian menunjukkan bahwa intervensi pasar valuta asing efektif dalam mengendalikan nilai tukar pada level yang diinginkan dengan dampak yang persisten dan simetris. Meskipun efektivitasnya berlangsung secara singkat, biasanya hanya sekitar dua minggu. Namun, di Indonesia, kombinasi intervensi pasar valuta asing dan derivatif melalui operasi pasar terbuka masih menjadi kebijakan yang paling efektif untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Meskipun intervensi langsung di pasar valuta asing memiliki dampak yang lebih besar daripada di pasar derivatif, penggunaan DNDF juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengurangi volatilitas nilai tukar Rupiah.
Kebijakan ketiga melibatkan penggunaan cadangan devisa. Pada Maret 2024, cadangan devisa Indonesia mencapai USD 140,4 miliar, meskipun sedikit turun dari bulan sebelumnya. Penurunan ini sebagian digunakan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah mengingat masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Bank Indonesia dapat kembali melakukan intervensi dengan cadangan devisa sebagai alternatif kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar, tentu dengan memastikan cadangan devisa yang cukup. Dengan cadangan devisa yang mencukupi, Indonesia memiliki kecukupan untuk 6,4 bulan pembiayaan impor atau setara dengan 6,2 bulan nilai impor dan pembayaran utang luar negeri. Rasio cadangan devisa terhadap utang luar negeri jangka pendek juga lebih dari dua kali lipat dari standar internasional yang direkomendasikan. Ini menunjukkan bahwa cadangan devisa Indonesia berada dalam posisi yang kuat dan stabil.
Saran Kebijakan Fiskal
Ketegangan di Timur Tengah semakin meruncing setelah Iran membalas serangan Israel atas konsulatnya di Syria. Ancaman terburuk adalah penutupan jalur perdagangan vital melalui Semenanjung Hormuz, yang bisa mengganggu suplai minyak dunia dan mendorong harga minyak melonjak hingga mencapai puncaknya pada tahun 2022, setara dengan USD125 per barel.Â
Kenaikan harga energi bisa merusak daya beli masyarakat, terutama mereka yang rentan, seperti rumah tangga miskin. Diperkirakan bahwa setiap kenaikan 10% dalam harga energi dunia bisa menyebabkan lonjakan inflasi di pasar-pasar berkembang sebesar 0.2-1%, terutama melalui kenaikan harga makanan karena biaya transportasi.Â
Untuk meredam dampak negatifnya, pemerintah dapat mengambil dua pendekatan. Pertama, dengan stabilisasi harga energi melalui peningkatan subsidi. Saat ini, alokasi anggaran subsidi energi di Indonesia mencapai Rp244,18 triliun, namun bisa ditingkatkan sesuai dengan proyeksi harga minyak. Alternatif kedua adalah dengan meningkatkan dukungan finansial kepada masyarakat miskin melalui program-program seperti BLT dan PKH, serta memberikan perhatian khusus kepada masyarakat menengah dengan mengurangi beban finansial seperti biaya listrik dan pajak.
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, pemerintah perlu mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional dan memastikan bahwa hasil ekspor disimpan dalam negeri dalam bentuk devisa. Langkah-langkah ini akan membantu mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi nilai tukar yang disebabkan oleh gejolak geopolitik.