Tapi sampai saat ini rasio kelahiran bayi per perempuan di Jepang mencapai 1,3 per perempuan. Jika tren ini terus berlanjut, maka diperkiran pada tahun 2100 nanti penduduk asli Jepang hanya tersisa 53,43 juta jiwa. Tidak hanya itu, saat ini jumlah penduduk lansia mencapai â…“ penduduk, hal ini berarti 1 dari 3 penduduk Jepang adalah lansia. Bahkan 40% perusahaan di jepang masih mempekerjakan pegawai yang berusia 70 tahun.
2. Krisis Sosial Ekonomi Pemuda dan Budaya Bushido
Dalam 20 sampai 30 tahun terakhir kaum muda di jepang mengalami permasalahan sosial yang kompleks sehingga membuat mereka pesimis akan masa depan dan tidak meminat untuk membangun rumah tangga ataupun punya anak.Â
Tidak hanya itu, ekspektasi sosial dan budaya kerja yang penuh tekanan juga menjadi salah satu indikator timbulnya permasalahan sosial. Jepang memiliki budaya kerja yang menganut budaya BUSHIDO sejak zaman dahuli. Â
Bushido merupakan budaya etos kerja dengan tujuan kejujuran, keberanian, kebajikan, kesopanan, kehormatan, dan kesetiaan. Budaya ini masih sangat kental dalam dunia profesional dan korporat jepang, mulai dari tingkat jam kerja yang ekstrim sampai 86 jam perminggu, tidak ada upah lembur di Jepang, dan budaya bersosialisasi sepulang kantor. Selain itu budaya kerja di Jepang masih konservatif dengan budaya senioritas yang tinggi, generasi senior akan mendapat kompensasi yang lebih tinggi.
3. Ekonomi yang jalan ditempat
Pada tahun 70 sampai 80 -an Jepang megalami kemajuan ekonomi yang luar biasa. Bursa saham Jepang meroket dan membuat masyarakatnya berinvestasi saham tanpa mikir risiko, sampai terjadi krisis ekonomi Jepang di tahun 1990-an yang membuat bursa saham di Jepang hancur sehingga menimbulkan trauma mendalam bagi kaum tua Jepang untuk berinvestasi.Â
Sejak kejadian tersebut tingkat investasi jepang menjadi menurun, enggan membuka usaha, atau upaya papun yang berisiko secara ekononomi. Masyarakat jepang lebih senang untuk menabung dari pada berbelanja, membuka usaha atau menjadi intrapreneur.Â
Pada kenyataannya kebiasaan tersebut malah membuat konsumsi di Jepang terus menurun, karna masyarakat Jepang yang cenderung berhemat dan tidak mau belanja.Â
Harga bahan baku di jepang cenderung stagna bahkan sampai turun harga, hal tersebut membuat matinya sebuah industri dan masyatrakat cenderung untuk menunda belanja.Â
Adanya fenomena tersebut Bank sentral Jepang tentu saja tidak tinggal diam, Bank sentral Jepang berupaya untuk menurunkan tingkat suku bunga serendah-rendahnya dengan tujuan mendorong konsumsi dan merangsang warga Jepang untuk berbisnis.Â