Mohon tunggu...
Data Membangun Indonesia
Data Membangun Indonesia Mohon Tunggu... Konsultan - Lembaga Riset

Akun resmi Data Membangun Indonesia. Melihat dan membangun Indonesia dengan kajian dan data. Kunjungi kami di twitter @dmindonesia_org

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Milenial Jabodetabek Optimis Selama PSBB Berlangsung, Bagaimana Sekarang?

19 Juli 2020   12:40 Diperbarui: 19 Juli 2020   13:07 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Selain kecemasan, faktor lain yang dirasa penting untuk diperhatikan waktu itu adalah kerentanan ekonomi. Faktor ini tidak dapat dinihilkan begitu saja karena juga menjadi imbas dari adanya pandemi, tentang bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan primernya atau mempertahankan pekerjaannya, apabila harus melaksanakan protokol ketat selama PSBB. 

Kedua faktor ini kemudian menjadi dilema sosial tersendiri yang membuat masyarakat harus memilih, begitu juga pemerintah, apakah dengan ketat dan patuh melakukan protokol ketat selama PSBB, tapi tidak bisa bekerja, dan tidak bekerja berarti akan sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan; atau mementingkan urusan 'perut', tapi rantai virus tidak akan terkendali.

Hal inilah yang akhirnya menjadi fokus utama penelitian (saat pandemi dan pemberlakuan PSBB ketat), yaitu seberapa cemas masyarakat dengan COVID-19, yang dapat membuat siapa saja menjadi korban; dan bagaimana masyarakat menyikapi kerentanan ekonominya selama pandemi.

Kecemasan terhadap perasaan takut mati oleh COVID-19, diukur dengan scale of death anxiety yang dikembangkan oleh Cai, Tang, Wu, dan Li (2017) dengan penyesuaian item, sedangkan gambaran kerentanan ekonomi dilihat dari seberapa masyarakat mempersepsikan daya pemenuhan kebutuhan pangan dan kesehatan, memprediksi ketahanan untuk dapat terus bekerja, dan juga dukungan sosial dari lingkungan sekitar.

Semakin Tahu, Semakin Patuh Protokol, atau Sebaliknya?

Dari hasil data penelitian, informasi-informasi mengenai COVID-19 selalu menjadi topik teratas sehari-hari di media-media dan juga pembicaraan masyarakat. Paling banyak akses informasi diperoleh di berita daring (12,43%), disusul dengan televisi (11,82%), Instagram (11, 54%), percakapan Whatsapp (9,92), dan situs resmi (9,20%). Informasi yang telah diperoleh itu, kemudian disebarkan kembali oleh responden kepada keluarga (45,42%), dan juga teman atau kolega (41,72%) menggunakan aplikasi whatsapp (36,34%) dan juga percakapan langsung (25,09%). 

Dari data ini, kuat membuktikan bahwa masyarakat kita terlihat begitu komunal dan saling peduli dengan sesama. Tentu hal ini menjadi hal yang baik dan meningkatkan optimisme bagi kita semua, khususnya pemerintah yang terus menggalakan himbauan untuk 'tetap tinggal di rumah; bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah'. 

Pasalnya, pengetahuan terkait COVID-19 yang disebarkan bukanlah hal yang deklaratif, melainkan lebih ke diskusi-diskusi dan praktis tentang bagaimana cara mencegah dan menjaga diri dan orang terdekat dari paparan virus.

Pengetahuan terkait COVID-19 menjadi pegangan penting bagi masyarakat selama pandemi berlangsung. Semakin masyarakat tahu mengenai hal apa yang boleh dan tidak dilakukan selama PSBB, semakin terkontrol penyebaran virus. 

Namun, apakah hal itu benar terjadi? Sepertinya belum tepat dan butuh penajaman fakta yang lebih kuat. Buktinya, angka positif (hingga saat ini) belum juga turun, walau PSBB ketat sudah dilakukan. Apakah virus sebegitu cepatnya menyebar? Atau lambatnya tindak lanjut pemerintah terhadap penanganan pandemi?

Milenial Kita Masih 'Optimis', Tapi Banyak PR untuk Pemerintah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun