"Kamu terima?"
"Iya Mah, kapan lagi biss ...." Lidahku langsung kelu, biar aku simpan rasa ini sendiri.
"Jadi ini toh yang membuat kamu semangat mengantar Mamah belanja." Dengan mencubit pipiku yang sedikit memerah. Namanya orang tua, serapat mungkin aku tutupi rasa ini, tetap ketahuan juga.
Setelah lulus kuliah, aku hanya kursus, lamaran pekerjaan pun belum ada yang lolos, meski aku tidak mengerti apapun tentang ilmu pramuka, dua bulan memperhatikan dia mengajar, sudah cukup buatku.
Meski kutahu, gaji seorang guru jauh dari UMR, bahkan aku mengenal pembina pramuka, yang kadang upahnya tidak diberikan oleh pihak sekolah. Namun niat hati ingin mengambil keberkahan dan ada seseorang yang membuat hati ini terpincut.
Tidak perlu waktu lama aku menunggu untuk menjadi asistennya, kini setiap hari Rabu adalah hari yang begitu kutunggu, hanya sekadar ingin bersua dengannya.
***
"Bulan depan persami di Cibubur ya Ay," lirih manjanya terdengar di telingaku.
"Iya Kak Fatur, saya belum menguasai semua tentang pramuka Kak, mohon bimbingannya."
"Ok, tenang aja, aku akan terus membimbingmu sampai bisa, bahkan, kalau perlu seumur hidupmu."
Warna stroberi tidak lebih merah dari wajahku. Entah apa dia memiliki rasa yang sama? Atau aku yang mengalami erotomania