Menurut Berthold dalam bukunya ini, tidak bisa sembarangan orang menjadi seorang Pembina Pramuka. Harus melalui wadah Gugus Depan yang didaftarkan di kwartir setempat. Dari buku ini kita juga tahu bahwa Lord Baden-Powell pernah datang ke Nusantara yang waktu itu masih bernama Hindia-Belanda pada Desember 1934. Waktu itu Baden-Powell melawat ke sejumlah negara untuk melihat perkembangan gerakan kepanduan.
Berthold melengkapi buku ini dengan lampiran B-P & I, yang bermakna Baden-Powell dan Indonesia. Cerita tentang Baden-Powell dan pengalaman pribadi penulis sebagai anggota Gerakan Pramuka dan Jurnalis terdapat pada lampiran ini., terutama tentang sejarah kedatangan Baden-Powell ke Indonesia pada 1934.
Meskipun berupa kumpulan tulisan, buku ini tentu sangat bermanfaat karena informatif. Â Sebagai bacaan ringan tentu harus menjadi pilihan. Apalagi buku ini hanya memiliki tebal 149 halaman. Beruntung masih ada yang mau menerbitkan buku fisik di tengah serbuan digital. Penerbit kecil macam Ruang Aksara Media di Cirebon ini tentu saja masih memiliki idealisme dalam gerakan literasi. Jika ingin baca-baca silakan hubungi https://ruangaksaramedia.site atau surel ruangaksaramedia@mail.com.
Dalam Pramuka dikenal slogan "Setiap Pramuka adalah Pewarta". Tentu sangat baik kalau pramuka di setiap kwartir, misalnya, menuliskan pengalaman masing-masing lalu membukukan tulisan-tulisan itu. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H