Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Benarkah Koin yang Dilelang di Mancanegara itu Pemberian Museum Nasional pada 1960-an?

13 Mei 2023   08:46 Diperbarui: 13 Mei 2023   08:48 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu seorang numismatis menghubungi saya. "Pak pernah tahu informasi tentang koin ini. Apakah benar pemberian dari Museum Nasional," katanya memberikan foto koin. Saat ini koin tersebut sedang dilelang di mancanegara oleh Heritage Auctions.

Berdasarkan foto yang dikirim diketahui koin tersebut dikenal dengan sebutan Batavian Crown, dikeluarkan pada 1645 masa VOC (1602-1799). Nominalnya 48 Stuiver dengan berat 24,2239 gram. Kondisi koin terlihat kurang bagus, namun masuk kategori RRR. R singkatan dari Rare atau langka. Karena RRR berarti amat langka, baru ditemukan beberapa keping saja.

Pak Bambang Sumadio, Direktur/Kepala Museum Nasional 1979-1984 sewaktu seminar 1987 (Dokpri)
Pak Bambang Sumadio, Direktur/Kepala Museum Nasional 1979-1984 sewaktu seminar 1987 (Dokpri)

Museum Nasional

Sambil memberikan foto, beliau juga mengirimkan artikel yang pernah dimuat di www.kintamoney.com pada 2011.  Artikel tersebut ditulis oleh Mario L. Sacripante pada 4 Mei 2009.

Nah, tulisan Mario ini cukup menarik. Dikatakan, pada awal 1960-an saya sebagai penulis diberi hak istimewa untuk bekerja pada pameran numismatika yang diadakan oleh Museum Nasional di Jakarta.  Kata dia lagi, saya adalah seorang sersan Angkatan Udara di Kantor Atase Udara di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, dan selama bertugas di sana saya bertemu seseorang melalui Duta Besar Amerika, Mr Howard P. Jones, Mr Bang Bang "Pak Bambang" (nama yang umum di Indonesia) di suatu malam pada pesta koktail.

"Pak Bambang adalah Kolonel Angkatan Udara Indonesia dan merangkap sebagai Direktur Museum Nasional. Dia telah mendengar bahwa saya seorang kolektor koin, Kolonel Bambang bertanya apakah saya bisa membantu stafnya mengelola koleksi numismatik yang dimiliki Museum Nasional, lantaran tidak ada kurator untuk mengelola ruang pamer benda-benda numismatik yang dimiliki museum," demikian Mario.

Sebenarnya Mario masih awam tentang koin VOC. Namun dia rajin menghubungi beberapa temannya untuk bertanya dan belajar, sekaligus membeli beberapa buku tentang numismatik. Dia segera jatuh cinta dengan koin VOC dan mulai melakukan penelitian dan mengumpulkannya dengan   sungguh-sungguh karena koin VOC masih gampang didapat di Indonesia.

Nah cerita menarik terdapat pada poin berikut: sebelum Mario meninggalkan Indonesia, Kolonel/Mr. Bambang memberi Mario tiga keping koin Batavia Crown yang langka, yaitu tahun 1645 (koin 48 Stuiver), yang lainnya 12 Stuiver dan 24 Stuiver.

Selain koin 1645, Mario juga memiliki koin Batavia Crown tahun 1646 dengan "counter stamp" pada sisi koin tersebut. "Menurut buku-buku yang ada tentang koin VOC, koin tersebut dibuat sebagai koin darurat dan berlaku dalam periode satu tahun saja. Ada rasa penasaran sehubungan dengan koin tersebut karena dalam katalog Museum Batavia disebutkan bahwa kemungkinan besar koin tersebut palsu. Soalnya, tidak pernah ditemukan lagi yang aslinya.

Desain pada koin Crown tahun 1646 sedikit berbeda dengan koin-koin Crown yang dicetak tahun 1645. Koin 1646 diperoleh Mario dari hasil membeli. 

Menurut Mario, pada 2005 Koin VOC tahun 1645 Batavian Crown terjual di lelang Dix, Noonan and Webb-Inggris, seharga US$ 80.000. Tentang koin VOC Crown tahun 1646, Mario teringat perkataan Kolonel/Pak Bambang, direktur museum, bahwa ada beberapa keping koin VOC dicetak sebagai percobaan pencetakan. "Koin VOC Crown tahun 1646 bisa jadi menjadi koin percobaan pencetakan koin waktu itu dan diberi tanda "counterstamp" pada koin untuk menunjukkan bahwa koin tersebut adalah koin cetakan percobaan," kata Mario dalam memoarnya.

Pak Bambang Sumadio (tengah) bersama mahasiswa arkeologi UI sewaktu pameran 1980 (Dokpri)
Pak Bambang Sumadio (tengah) bersama mahasiswa arkeologi UI sewaktu pameran 1980 (Dokpri)

Kejanggalan

Kalau saya amati memoar tersebut, ternyata ada beberapa kejanggalan. Memang benar Pak Bambang pernah menjadi Direktur atau Kepala Museum Nasional. Jabatan itu diembannya pada 1979-1984. Jadi bukan awal 1960-an. Pak Bambang pun lulus dari Jurusan Ilmu Purbakala dan Sejarah Kuno UI (sekarang Jurusan Arkeologi UI) pada 1963. Sayang Mario tidak menyebutkan nama lengkap, apakah Bambang Sumadio ataukah Bambang yang lain.

Soal pangkat militer pun keliru besar. Mario menyebutkan Kolonel Angkatan Udara. Setau saya memang Pak Bambang pernah menjadi militer, bahkan pengawal Jenderal Sudirman. Kalau tidak salah, pangkat beliau Sersan Mayor Angkatan Darat.  

Berbicara numismatik memang cukup menarik. Semoga akan terungkap siapakah Kolonel AU Bambang itu.***

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun