Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tiket Candi Borobudur Rp 750.000 Menguntungkan Upaya Konservasi

5 Juni 2022   13:50 Diperbarui: 6 Juni 2022   00:30 2234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung yang tidak terkontrol menaik stupa candi di teras arupadhatu (Dokpri)

Hari ini media daring dan media sosial dipenuhi berita soal Candi Borobudur. Dikabarkan, dalam waktu dekat pemerintah akan menaikkan harga tiket naik Candi Borobudur.

Kenaikan harga tiketnya cukup luar biasa untuk wisatawan nusantara atau turis lokal, dari Rp50.000 menjadi Rp750.000 per orang. 

Buat wisatawan mancanegara naik dari US $25 menjadi US $100 per orang. Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang dikutip banyak media.

Luhut berpendapat, naiknya harga tiket masuk ke Candi Borobudur menjadi Rp750.000 perlu dilakukan guna membatasi jumlah kunjungan menjadi 1.200 orang per hari. Seluruh wisatawan Candi Borobudur juga harus menggunakan jasa pemandu dari warga lokal.

Saat ini harga tiket yang berlaku adalah Rp50.000 untuk turis lokal berusia di atas 10 tahun. Anak usia 3-10 dikenakan tarif masuk Rp25.000, dan anak di bawah 3 tahun tidak dikenakan biaya. 

Tarif khusus sebesar Rp 25.000 per orang diberlakukan untuk rombongan pelajar dan mahasiswa. Sedangkan wisatawan mancanegara dikenakan Rp350.000 (dewasa) dan Rp210.000 (anak-anak).

Menaikkan harga tiket yang tergolong 'luar biasa' memang akan membuat pengunjung Borobudur menjadi lebih terbatas sehingga "beban" candi dan pengelola menjadi lebih ringan. Jadi akan menguntungkan upaya konservasi.  

Sepengetahuan saya, dalam taman banyak tersedia fasilitas untuk pengunjung. Ada museum dan sarana rekreasi. Jadi para pengunjung tidak perlu menaiki candi. 

Malah kalau naik akan menambah beban Candi Borobudur. Batu-batu akan semakin aus diinjak banyak pengunjung. Relief-relief akan kotor karena sering dijamah pengunjung.

Sekadar gambaran, pada 2019, sebanyak 4,39 juta turis lokal dan mancanegara mengunjungi Candi Borobudur. Bayangkan, berapa besar berat pengunjung. 

Dari segi daya dukung candi, tentu semakin lemah karena candi berdiri di atas bukit yang dipangkas. Berapa banyak batu yang rusak kena alas kaki pengunjung. Semakin banyak pengunjung, pasti merusakkan semakin banyak batu.

Saya telah menulis beberapa artikel tentang Candi Borobudur, antara lain [yang ini]

Skripsi saya di Jurusan Arkeologi UI 1985 (Dokpri)
Skripsi saya di Jurusan Arkeologi UI 1985 (Dokpri)

Komersial

Candi Borobudur merupakan bangunan purbakala unik karena badannya bisa dinaiki banyak orang sekaligus. Pengunjung rata-rata akan menuju bagian atas yang disebut arupadhatu.

Nah, inilah kekhawatiran banyak konservasionis atau pakar konservasi. Batu-batu Candi Borobudur dulu banyak melesak atau hampir roboh karena ratusan tahun tidak ditangani. Barulah kemudian mulai abad ke-19 dilakukan pemugaran bertahap. Puncaknya, pemugaran besar-besaran selesai pada 1983.

Karena sudah indah, tentu didatangi banyak pengunjung. Dalam pengukuran beberapa tahun kemudian, diketahui lantai Candi Borobudur telah melesak. Yah, antara lain karena tidak kuat menahan beban pengunjung.

UNESCO, Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan kemudian mewanti-wanti agar jumlah pengunjung dibatasi. Mereka mengancam akan mencabut Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia apabila manajemen tidak baik.

Candi Borobudur mulai dikomersialkan pada 1978 ketika ada pembicaraan antara Ditjen Kebudayaan dengan Ditjen Pariwisata. 

Kemudian terbentuklah PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Baka. Saat ini institusi tersebut berada di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. TMII mulai bergabung dengan institusi itu.

Batu pada tangga aus karena gesekan alas kaki pengunjung (Dokpri)
Batu pada tangga aus karena gesekan alas kaki pengunjung (Dokpri)

Skripsi

Saya sendiri menulis skripsi tentang konservasi Candi Borobudur dari pandangan arkeologi pada 1985. Saya kemukakan bahwa upaya perlindungan Candi Borobudur akibat ulah manusia dirasakan sebagai upaya yang sangat mendesak dan perlu penanganan serius. 

Dengan dimanfaatkannya Candi Borobudur sebagai obyek pariwisata secara komersial, upaya perlindungan semakin diperlukan.

Semakin meningkat kepariwisataan, semakin meningkat pula kerusakan batu candi termasuk kekotoran. Didirikannya taman purbakala yang kemudian berubah menjadi taman wisata akan menampung dua asas sekaligus, yakni konservasi dan pariwisata. 

Dalam asas konservasi diharapkan taman akan mengurangi arus pendaki candi. Berkurangnya arus pendaki candi, akan mengurangi tingkat kerusakan batu. Nah, dengan tiket masuk yang tinggi pasti akan mengurangi arus pendaki candi.  

Waktu itu ada beberapa saran yang saya kemukakan. Antara lain pengetahuan kearkeologian penting diajarkan kepada anak-anak sekolah. 

Lembaga pariwisata juga harus berperan, dengan kegiatan pariwisata terencana dan terkontrol dengan baik. Hanya dalam bentuk rombongan pengunjung boleh naik didampingi pemandu.

Pengunjung berduyun-duyun naik ke atas candi (Dokpri)
Pengunjung berduyun-duyun naik ke atas candi (Dokpri)

Saya juga menyarankan setiap pengunjung memakai alas kaki khusus yang lembut untuk naik ke atas candi. Selain itu memberi alas, terutama pada undak, untuk meminimalisasi gesekan antara alas kaki dengan batu.

Perlu diketahui, yang namanya perawatan bangunan purbakala itu amat sangat mahal. Yang paling mahal, tentu saja batu-batu asli akan aus atau rusak. Alam memang ganas, namun manusia lebih ganas.

Beberapa saran saya seperti pemakaian alas kaki khusus dan melapisi batu candi sudah diaplikasikan pihak Balai Konservasi Borobudur. Mengurangi arus pendaki candi pun, mungkin akan terujud lewat harga tiket yang tinggi.

Berita tiket masuk Borobudur Rp750.000 memang masih kurang jelas. Dalam bayangan awam, mungkin memasuki kawasan taman wisata. Dalam bayangan saya, memasuki taman wisata sih tidak dibatasi. Harganya pun tidak semahal itu. Hanya tarif khusus dan eksklusif untuk yang mau mendaki candi sampai puncak yang mencapai Rp750.000.

Mari kita jaga kelestarian Candi Borobudur.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun