Dari segi daya dukung candi, tentu semakin lemah karena candi berdiri di atas bukit yang dipangkas. Berapa banyak batu yang rusak kena alas kaki pengunjung. Semakin banyak pengunjung, pasti merusakkan semakin banyak batu.
Saya telah menulis beberapa artikel tentang Candi Borobudur, antara lain [yang ini]
Komersial
Candi Borobudur merupakan bangunan purbakala unik karena badannya bisa dinaiki banyak orang sekaligus. Pengunjung rata-rata akan menuju bagian atas yang disebut arupadhatu.
Nah, inilah kekhawatiran banyak konservasionis atau pakar konservasi. Batu-batu Candi Borobudur dulu banyak melesak atau hampir roboh karena ratusan tahun tidak ditangani. Barulah kemudian mulai abad ke-19 dilakukan pemugaran bertahap. Puncaknya, pemugaran besar-besaran selesai pada 1983.
Karena sudah indah, tentu didatangi banyak pengunjung. Dalam pengukuran beberapa tahun kemudian, diketahui lantai Candi Borobudur telah melesak. Yah, antara lain karena tidak kuat menahan beban pengunjung.
UNESCO, Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan kemudian mewanti-wanti agar jumlah pengunjung dibatasi. Mereka mengancam akan mencabut Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia apabila manajemen tidak baik.
Candi Borobudur mulai dikomersialkan pada 1978 ketika ada pembicaraan antara Ditjen Kebudayaan dengan Ditjen Pariwisata.Â
Kemudian terbentuklah PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Baka. Saat ini institusi tersebut berada di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. TMII mulai bergabung dengan institusi itu.
Skripsi
Saya sendiri menulis skripsi tentang konservasi Candi Borobudur dari pandangan arkeologi pada 1985. Saya kemukakan bahwa upaya perlindungan Candi Borobudur akibat ulah manusia dirasakan sebagai upaya yang sangat mendesak dan perlu penanganan serius.Â