Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pada Abad ke-9 Seniman Jalanan Memperoleh Honorarium dan Membayar Pajak

19 Maret 2022   15:50 Diperbarui: 20 Maret 2022   08:33 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lain lagi berita dinasti Ming (1368-1644) dari Tiongkok. Sumber ini menyebutkan bahwa penduduk Majapahit mempunyai kebiasaan bermain musik di saat bulan purnama.

Kelompok wanita yang terdiri atas 20-30 orang itu bergandengan tangan mendatangi rumah-rumah sanak saudara atau orang-orang kaya. Mereka menyanyikan lagu-lagu daerah, lalu mendapatkan upah. Demikian diungkapkan Sejarah Nasional Indonesia II dan Kamus Arkeologi II.

Musik dikenal di semua lingkungan. Ada satu jenis alat musik yang dimainkan sendiri untuk menghibur diri. Ada pula sejumlah alat musik yang merupakan satu ansambel dan dimainkan secara bersama-sama oleh beberapa orang.

Musik ini dipergunakan dalam bermacam-macam suasana, seperti pengiring tarian, upacara keagamaan, dan untuk menunjukkan suatu kebesaran atau lingkungan.

Dari sumber sejarah diketahui, tidak setiap jenis alat musik dikenal setiap lingkungan. Lute dan bar-zither tidak pernah terdapat di kalangan rakyat jelata. Di kalangan bangsawan hanya dikenal simbal mangkok atau simbal genta.

Kala itu fungsi penggambaran musik adalah untuk menyemarakkan acara dan mengiring arak-arakan.

Sedangkan guna musik adalah sebagai bagian dari upacara, sebagai sarana untuk bersenang-senang, sebagai pelengkap kebesaran seseorang, sebagai penyemarak suasana, dan sebagai pengiring tarian.

Pada zaman dulu seniman-seniman yang ada adalah pamukul (pemain gamelan), abonjing (pemain angklung), bhangsi (peniup suling), pasangkha (peniup terompet), dan parpadaha (pemain gendang). Beberapa istilah lain belum teridentifikasi sehingga kita belum tahu apa profesi mereka.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun