Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dukung Jamu Menuju Warisan Dunia, Kata "Acaraki" (Penjual Jamu) Ada Pada Prasasti Kuno

18 Februari 2022   14:24 Diperbarui: 21 Februari 2022   02:31 2221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang lelaki sedang dipijat dan dioleskan obat pada relief Mahakarmawibhangga Candi Borobudur (Sumber: Balai Konservasi Borobudur)

Sewaktu kuliah di jurusan arkeologi, saya pernah mengambil mata kuliah Pengantar Epigrafi. Epigrafi adalah ilmu yang mempelajari prasasti atau batu bertulis.

Seingat saya banyak prasasti menyinggung dunia pengobatan atau kesehatan, namun tidak ada satu pun yang menyinggung resep obat-obatan. Biasanya prasasti hanya menyebutkan profesi tertentu yang dikenai pajak. Dari berbagai profesi itu, ada yang berhubungan dengan dunia pengobatan/kesehatan.

Prasasti Madhawapura dari masa Kerajaan Majapahit antara lain menyebut pembuat pakaian (abhasana), pembuat kuali (angawari), dan penjual jamu (acaraki). Sayang prasasti tidak menyebut apa khasiat jamu yang dijual oleh acaraki itu.

Informasi berbeda terdapat pada Prasasti Balawi (1305 Masehi). Disebutkan di dalamnya istilah tuha nambi (tukang obat), kdi (dukun perempuan), dan walyan (tabib).

Adanya tuha nambi juga terdapat pada Prasasti Sidoteka atau Prasasti Jayanegara II (1323 Masehi). Bahkan ada kata...wli tamba (orang yang mengobati penyakit).

Istilah berbeda terdapat pada Prasasti Bendosari (1360 Masehi).  Di sini disebutkan istilah janggan (tabib desa).

Dalam Prasasti Biluluk (abad ke-14 Masehi) kita mendapati istilah padadah (pemijatan). Para padadah dibebaskan dari segala macam pajak. Mungkin karena pekerjaannya menolong orang sakit.

Sayang tulisan kuno pada prasasti banyak yang belum terbaca. Umumnya karena aksaranya aus, rusak, dan terpotong. Ditambah ada bagian batunya yang hilang atau terpotong dan potongannya belum ditemukan.

Selain prasasti, data arkeologi lain tentang pengobatan atau kesehatan terdapat pada relief beberapa candi. Yang paling dikenal tentu saja relief Karmawibhangga pada Candi Borobudur. Relief itu antara lain menggambarkan seorang lelaki mendapat perawatan dari beberapa wanita, ada yang menggosok perutnya, ada yang membawakan obat.  

Relief lain memberikan gambaran tentang tanaman yang menjadi bahan jamu, seperti nagasari, semanggen, cendana merah, jamblang, pinang, pandan, maja, cendana wangi, dan kecubung.

Kata jamu kadang disebut jampi, berarti obat. Sayang kita tidak tahu resep obat-obatan atau jamu-jamuan pada prasasti dan relief candi. Informasi yang lebih jelas terdapat pada kitab sastra dan kitab kuno, terutama dari lingkungan keraton. Di Bali sendiri terdapat berbagai kitab usadha, tentang berbagai jenis pengobatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun