Nah, setiap pemain memakai nomor. Di sinilah unsur judi sangat tampak. Sebelum pertandingan, saat pemanasan, penonton akan diinformasikan nama-nama pemain. Semuanya berbau Spanyol, seperti Juan dan Pedro. Saat itulah penonton bisa menuju loket untuk memasang nomor taruhan siapa yang keluar sebagai pemenang.
Kabarnya, pajak dari Gedung Hai Lai amat besar. Bisa dipakai untuk mempercantik wajah Jakarta. Entah sampai kapan permainan jai alai berlangsung di sana.
Beberapa tahun kemudian, kemungkinan 1975 atau 1976, saya pernah diajak teman-teman sekolah untuk bermain boling di sana. Rupanya fasilitas tambahan sudah dibangun. Tapi saya urung bermain boling karena tidak mau bolos sekolah. Namanya juga anak teladan, hehehe...
Rupanya setelah Ali Sadikin turun takhta, segala bentuk perjudian diharamkan. Maka arena jai alai ditutup. Entah apa fungsi Gedung Hai Lai selanjutnya. Pada 2000-an saya pernah kondangan, namanya Hai Lai Executive Club. Akhir 2019 saya mendengar kabar Gedung Hai Lai terbakar. Sekarang tak ada lagi sisa-sisanya. Hanya sedikit cerita dan foto dokumentasi yang tertinggal untuk generasi masa kini dan generasi mendatang.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H